Akhir Oktober, Emas Bakal Capai Rekor Baru Tertinggi

Emas (GLD) sedang melonjak tajam dan diperkirakan akan terus naik, mencapai rekor baru sebesar $2.917 per ons pada akhir Oktober 2025. Foto: Quotient Fund Indonesia

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Regen Lee mengungkapkan emas (GLD) sedang melonjak tajam dan diperkirakan akan terus naik, mencapai rekor baru sebesar USD2.917 per ons pada akhir Oktober 2024.

“Kenaikan itu didorong oleh ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS, menjadikan emas sebagai aset safe-haven yang menarik bagi investor,” kata Regen kepada Qnews.co.id di Jakarta, Kamis (17/10).

Bacaan Lainnya

Meskipun potensi kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS akan menjadi hambatan, namun ekspektasi penurunan suku bunga dan perlambatan ekonomi AS cenderung mendukung kenaikan harga emas.

“Selain itu, aksi beli bank sentral dan kinerja emas yang terus menguat sepanjang tahun 2024 juga menjadi faktor pendorong,” terangnya.

Saat ini, harga emas spot telah mencapai USD2.679,21 per ons, atau naik sekitar 30% sepanjang tahun ini. Kenaikan harga emas itu diikuti oleh kenaikan harga logam mulia lainnya, seperti perak yang naik sebesar 1,3%.

Sementara perak (SLV)
sedang mengalami kenaikan signifikan dan diperkirakan akan terus naik, mencapai level tertinggi multi-tahun baru.

Saat ini, harga perak telah mencapai USD32,96 dan diperkirakan akan menembus level resistensi berikutnya di USD34,35.

“Kenaikan itu didorong oleh beberapa faktor, seperti melemahnya pasar saham, penurunan imbal hasil obligasi, dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve,” papar Regen.

Para ahli memprediksi kenaikan harga perak akan lebih tinggi lagi dalam jangka panjang. Survei industri memperkirakan harga perak akan mencapai USD45 per ons dalam 12 bulan ke depan.

“Kenaikan itu didorong oleh ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan meningkatnya minat investor terhadap aset safe-haven seperti perak,” jelasnya.

Berikutnya, minyak mentah AS (USO)
mengalami penurunan yang tidak terduga sebesar 1,58 juta barel dalam seminggu terakhir.

“Meskipun begitu, Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS justru mengalami peningkatan,” ujarnya.

Secara keseluruhan, persediaan minyak mentah AS telah menyusut 7 juta barel sejak awal tahun. Harga minyak mentah Brent dan WTI sedikit naik, namun masih mengalami penurunan mingguan sekitar $3 per barel.

Sementara itu, permintaan terhadap produk-produk minyak seperti bensin dan minyak sulingan meningkat, dibuktikan dari penurunan persediaan masing-masing sebesar 5,926 juta barel dan 2,672 juta barel.

“Kondisi tersebut membuat persediaan bensin dan minyak sulingan saat ini berada di bawah rata-rata peripde lima tahun sebelumnya,” katanya.

Regen menambahkan, “Persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, juga mengalami kenaikan.

Secara singkat, data terbaru tersebut telah menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan minyak.

Penurunan persediaan minyak mentah yang tidak terduga, sementara di sisi lain terjadi peningkatan permintaan, mengindikasikan adanya dinamika pasar yang cukup kompleks.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan consulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

Pos terkait

Tinggalkan Balasan