Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengingatkan pasar komoditas global saat ini menghadapi volatilitas tinggi yang dipicu oleh ketegangan geopolitik dan perubahan kebijakan ekonomi.
“Permintaan kuat untuk logam mulia seperti emas dan perak, serta dinamika pasokan minyak, menciptakan fluktuasi harga yang signifikan,” ujar Devin kepada Qnews.co.id, Kamis (26/9).
Dalam kondisi ini, kata Devin, investor perlu memantau perkembangan teknikal dan makroekonomi untuk mengambil keputusan yang tepat.
Untuk outlook emas (GLD), pergerakan harga saat ini diperdagangkan mendekati rekor tertinggi, dengan harga berfluktuasi antara USD2.660 dan USD2.700 per ons.
Kenaikan harga emas, terang Devin, didorong oleh ketegangan geopolitik (terutama perang di Timur Tengah dan Ukraina), permintaan kuat dari bank sentral, dan ekspektasi penurunan suku bunga dari Federal Reserve AS.
“Sentimen pasar tetap bullish karena bank sentral seperti Polandia dan Rusia terus membeli emas dalam jumlah besar,” jelasnya.
Berdasarkan analisis teknikal, GLD (SPDR Gold Trust) telah berhasil keluar dari saluran naik (ascending channel) dan saat ini mendekati zona konfluensi Fibonacci di USD248.22. Harga tetap di atas rata-rata bergerak (moving average), menunjukkan tren naik yang kuat. Namun, RSI berada di 77.02, menunjukkan kondisi overbought.
“Konsolidasi atau pullback bisa terjadi sebelum harga melanjutkan kenaikan lebih lanjut,” katanya.
Devin memperkirakan momentum bullish emas akan bertahan dan bahkan bisa mencapai $3.000 per ons jika tren ini berlanjut.
“Meskipun ada potensi pullback jangka pendek karena kondisi overbought, faktor geopolitik dan ekonomi global yang mendukung harga emas tetap kuat, menjadikannya investasi yang solid dalam jangka panjang,” papar Devin.
Selanjutnya Perak (SLV), diketahui pergerakan harganya mengikuti pola bullish emas. Diperdagangkan pada USD32 per ons, yang dianggap undervalued dibandingkan dengan emas.
“Permintaan industri yang tinggi dan peran perak sebagai penyimpan nilai mendukung potensi kenaikan lebih lanjut,” terang Devin.
Dari analisis teknikal, SLV (iShares Silver Trust) telah keluar dari saluran menurun, mengindikasikan potensi pembalikan tren bullish.
Harga saat ini mencapai level resistance penting di USD29.59. Jika resistance ini ditembus, target berikutnya adalah area konfluensi Fibonacci di sekitar USD30.32.
“RSI berada di 64.85, mendekati zona overbought, yang bisa memicu pullback atau konsolidasi sebelum harga melanjutkan kenaikan,” tuturnya.
Secara outlook, pasar perak diperkirakan akan mengalami pertumbuhan signifikan, dengan target harga USD35 per ons.
“Potensi kenaikan ini didorong oleh permintaan industri dan kekurangan investasi di masa lalu. Jika resistance di USD30.32 ditembus, pergerakan bullish bisa berlanjut,” paparnya.
Sementara minyak (USO) mengalami pergerakan harga turun cukup tajam. Brent diketahui turun menjadi USD71.57 per barel dan West Texas Intermediate (WTI) turun menjadi USD67.86 per barel.
“Penurunan ini dipicu oleh strategi Arab Saudi yang meninggalkan target harga USD100 per barel dan memilih untuk meningkatkan produksi,” kata Devin.
Selain itu, potensi kembalinya produksi minyak Libya menambah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan.
Analisis teknikal menunjukkan USO (United States Oil Fund) telah menguji level resistance di USD73.65 (Fibonacci retracement) namun gagal menembusnya, menyebabkan harga terpantul ke bawah.
USO tetap dalam saluran menurun, mengindikasikan tekanan bearish yang berlanjut. “RSI di 48.80, mendekati level netral, memberi ruang bagi pergerakan lebih lanjut, tergantung pada perkembangan eksternal seperti geopolitik atau data ekonomi makro,” katanya.
Secara outlook, harga minyak cenderung tetap berada di bawah tekanan karena pasokan meningkat dari Arab Saudi dan Libya, serta lemahnya permintaan global.
“Level kunci di USD70 dan USD73 akan diawasi ketat oleh investor untuk mengindikasikan perubahan sentimen, namun tren bearish diperkirakan akan bertahan dalam jangka pendek,” papar Devin.
Secara keseluruhan, emas, perak, dan minyak menghadapi dinamika pasar yang dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan makroekonomi global.
Emas dan perak menunjukkan tren naik yang kuat, didukung oleh permintaan bank sentral, ketegangan geopolitik, dan ekspektasi penurunan suku bunga, meskipun ada potensi pullback jangka pendek karena kondisi overbought.
Perak diproyeksikan terus tumbuh berkat permintaan industri yang tinggi, sementara minyak tetap berada di bawah tekanan akibat kelebihan pasokan dari Arab Saudi dan Libya serta lemahnya permintaan global.
“Setiap komoditas dipengaruhi oleh faktor makroekonomi yang unik, dan volatilitas yang meningkat akibat ketegangan politik membuat investor perlu waspada terhadap sinyal teknikal, terutama di level support dan resistance utama,” tandas Devin.
*Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsultasi keuangan global yang berbasis di Jakarta Selatan. Perusahaan ini menawarkan analisis pasar yang mendalam serta solusi investasi strategis untuk klien di seluruh Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi hotline kami di 0811-1094-489.