Kejagung Bantah Ada Politisasi dalam Penetapan Tersangka Kasus Korupsi Tom Lembong

Mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong jadi tersangka kasus korupsi impor gula (foto: kontan.id)

Qnews.co.id, JAKARTA – Kejaksaan Agung (Kejagung) membantah isu bahwa penangkapan mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih alias Tom Lembong dalam kasus korupsi impor gula ada unsur politisasi.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Harli Siregar menegaskan, penangkapan Tom Lembong tersebut sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti korupsi yang ada.

Bacaan Lainnya

“Penting untuk digarisbawahi, tidak ada unsur politisasi dalam penetapan tersangka terhadap saudara TTL. Penetapan tersebut murni berdasarkan bukti hukum yang telah terkumpul,” ujar Harli dalam keterangan pers di Kejaksaan Agung, Rabu, (30/10).

Harli menjelaskan bahwa sebelum penetapan tersangka, Thomas Trikasih Lembong (TTL) telah diperiksa sebanyak tiga kali dalam kapasitasnya sebagai saksi. Berdasarkan hasil penyidikan, tim penyidik menemukan bukti yang cukup untuk meningkatkan status hukum TTL menjadi tersangka.

“Terkait dengan pemeriksaan yang bersangkutan (TTL) sejak kurun waktu 2023 sudah tiga kali diperiksa sebagai saksi, dan kemarin saudara TTL dipanggil sebagai saksi setelah dilakukan pemeriksaan penyidik melakukan ekspose gelar perkara melalui alat bukti yang cukup penyidik menggunakan kewenangannya lalu menetapkan saudara TTL dan CS sebagai tersangka” terangnya.

Menurut Harli, penyidikan dalam kasus ini telah berlangsung selama satu tahun, dimulai sejak Oktober 2023. Selama periode tersebut, Kejaksaan telah memeriksa sekitar 90 saksi terkait kasus ini.

“Selama kurun waktu satu tahun ini, penyidik terus melakukan penggalian, terus melakukan pengkajian, dan terus melakukan pendalaman terhadap bukti-bukti yang diperoleh, sehingga dapat disimpulkan terhadap perkara ini penyidik telah mendapatkan alat bukti yang cukup” tambahnya.

Sejauh ini, dua orang telah ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Thomas Trikasih Lembong, mantan Menteri Perdagangan, serta CS, Direktur Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT PPI). Keduanya diduga terlibat dalam pemberian izin impor gula kristal mentah dengan total volume mencapai 105 ribu ton.

Lebih lanjut, Harli menyebutkan bahwa sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. 257 Tahun 2004, hanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diperbolehkan melakukan impor gula kristal putih.

Namun, dalam kasus ini, impor gula dilakukan oleh PT AP berdasarkan persetujuan yang dikeluarkan oleh tersangka Thomas Lembong, yang menyalahi ketentuan tersebut.

Diketahui, Thomas Trikasih Lembong, atau yang lebih dikenal dengan Tom Lembong, pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada tahun 2015 di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Setelah menjabat sebagai Menteri, ia kemudian ditunjuk sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 2016. Namun, nama Lembong mulai jarang terdengar setelah perombakan kabinet yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.

Namanya kembali mencuat pada tahun 2021, ketika ia ditunjuk oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai Komisaris Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA). Penunjukan tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa Lembong memiliki jejaring luas yang dianggap bermanfaat untuk pengembangan investasi di Ancol.

Sejak saat itu, kedekatan antara Tom Lembong dan Anies Baswedan semakin terlihat. Pada tahun 2022, Lembong disebut telah menjadi bagian dari lingkaran terdekat Anies, bahkan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan Komite Investasi Jakarta yang dipimpin Anies.

Kedekatan personal dan profesional antara Thomas Lembong dan Anies Baswedan juga tercermin dalam konteks politik. Ketika Anies Baswedan mulai ramai dibicarakan sebagai calon Presiden dalam Pilpres 2024, Lembong menjadi salah satu pendukung utama. Pada November 2023, ia resmi diangkat menjadi salah satu pemimpin dalam tim nasional kampanye Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dengan posisi sebagai “Co-Captain” tim.

Kedekatan pribadi antara keluarga Lembong dan Anies juga sering disebut-sebut, di mana kedua keluarga dikenal memiliki hubungan erat. Terlepas dari perbedaan latar belakang agama dan etnis, mereka berhasil menjalin kedekatan dalam berbagai aspek, termasuk kehidupan pribadi dan profesional.

Dalam konteks kampanye Pilpres 2024, Lembong dan Anies juga kerap tampil bersama dalam berbagai kegiatan publik, termasuk siaran langsung di platform media sosial seperti TikTok. Hal ini menambah sorotan terhadap peran Lembong dalam tim pemenangan Anies.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan