Portal SatuDNA, Bank Data Kesehatan Berbasis Genomik

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) dalam acara dua tahun program BGSi. Foto: - Kementerian Kesehatan RI

Qnews.co.id, JAKARTA – Kementerian Kesehatan meluncurkan portal SatuDNA sebagai kelanjutan dari program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi). Tahun ini, program Biomedical and Genome Science Initiative telah memasuki tahun kedua.

Dalam keterangannya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan implementasi teknologi genomik dalam bidang kesehatan akan sangat bermanfaat sebagai basis data kesehatan di Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Jadi ke depannya, dari 280 juta penduduk Indonesia akan memiliki data demografi, klinis, dan genomik yang memberikan berbagai peluang dan bermanfaat dalam big data analisis,” ujar Menkes Budi pada acara yang bertajuk Future Directions in Genomics: Setting the Agenda for the Next Decade.

Menkes Budi mengungkapkan bahwa selama dua tahun program BGSi berlangsung, BGSi telah mengumpulkan sekitar 9.000 data klinis, dengan sekitar 6.000 data yang telah melalui tahap penghitungan genome sequence. Selain itu, sekitar 4.500 data telah dianalisis.

Menkes pun menargetkan untuk mengumpulkan 10.000 data genomik yang terkumpul hingga akhir tahun ini, dan 100.000 data genomik dalam waktu lima tahun mendatang.

Menkes Budi menilai, informasi genomik yang terdapat pada setiap individu di Indonesia akan sangat berguna dalam membantu ketepatan diagnosis dan pengobatan di masa depan.

“Orang yang kita genome sequence, datanya kita analisa, sehingga kita nanti bisa gunakan informasi ini sebagai mekanisme untuk diagnostik dan memeriksa atau terapeutik dan mengobati,” katanya.

Menurut Menkes Budi ada tiga infrastruktur penting dalam mendukung platform teknologi genomik, yakni bio bank atau tempat untuk mengumpulkan dan menyimpan sampel genom, bio sequence capacity atau kapasitas untuk melakukan penghitungan dan pengolahan data genomik, dan bioinformatic yang merujuk pada hasil analisa data genomik.

“Dan yang penting juga adalah researcher-nya,” tegasnya.

Mengenai pusat riset program genomik ini, kata Menkes Budi, riset program BGSi dijalankan oleh sepuluh rumah sakit vertikal yang berfokus pada sepuluh penyakit utama. Penyakit tersebut di antaranya kanker, neurodegeneratif, kardiovaskular, kesehatan usia lanjut, kecantikan dan kebugaran, kesehatan mental, hingga penyakit langka.

Senada, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Rizka Andalucia membeberkan, salah satu pemanfaatan data genomik dalam bidang kesehatan adalah menentukan jenis obat yang paling cocok untuk individu tertentu.

Menurut Rizka, data genomik akan membantu mengetahui apakah seseorang memiliki resistensi terhadap jenis obat tertentu, sehingga dokter dapat meresepkan obat yang lebih presisi atau tepat.

“Farmakogenomik itu untuk melihat kecocokan gen dan jenis obat. Karena tidak semua obat itu cocok untuk orang Indonesia atau bahkan spesifik ada individu yang resisten dengan obat tertentu. Nanti itu bisa diakses di aplikasi SatuDNA,” Rizka mencontohkan.

Untuk dapat menjadi partisipan SatuDNA, masyarakat dapat mengakses layanan pemeriksaan farmakogenomik secara gratis guna mengetahui informasi kesesuaian pengobatan berdasarkan DNA mereka.

Program dan layanan ini terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia, baik pasien dengan kondisi tertentu maupun individu yang sehat.

Pendaftaran dapat dilakukan melalui fitur SatuDNA di SATUSEHAT Mobile dengan akun yang telah terverifikasi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan