Qnews.co.id – Isra Mi’raj merupakan peristiwa monumental dalam perjalanan spiritual Rasulullah SAW yang membawa berbagai hikmah bagi umat Islam. Selain itu, Isra Mi’raj juga menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Namun di balik itu, ada kisah-kisah yang jarang diceritakan dari peristiwa tersebut.
Ulama kharismatik, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, dalam kajiannya mengungkap sisi lain dari Isra Mi’raj yang diambil dari kitab Shahih Muslim.
Dalam kajian yang disampaikannya, Gus Baha menyoroti momen ketika Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam AS di langit pertama.
Disebutkan dalam hadis bahwa Nabi Adam AS tersenyum ketika melihat ke arah kanan dan menangis ketika melihat ke arah kiri. Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada Malaikat Jibril mengenai hal tersebut.
“Nabi Adam AS senang melihat ke kanan karena di sana adalah keturunannya yang menjadi ahli surga, sementara beliau menangis melihat ke kiri karena di sana terdapat keturunan yang menjadi ahli neraka,” ujar Gus Baha dalam kajian yang disampaikan melalui kanal YouTubenya, dikutip Senin (27/1/2024).
Hikmah Besar di Balik Kesedihan Nabi Adam AS
Gus Baha menjelaskan bahwa peristiwa ini menggambarkan betapa beratnya tanggung jawab Nabi Adam AS sebagai manusia pertama. Semua manusia yang lahir setelahnya adalah keturunannya, baik yang berbuat kebajikan maupun yang berbuat kesalahan.
Nabi Adam AS merasakan kesedihan mendalam karena tidak semua anak cucunya berada di jalan yang lurus.
“Sebagai manusia, kita harus belajar dari takdir yang ada dan menerima keterbatasan diri. Menerima qadar Allah dengan penuh keikhlasan adalah bagian dari keimanan yang tinggi,” tambah Gus Baha.
Pentingnya Tawadhu dan Kepatuhan kepada Allah
Dalam kajian tersebut, Gus Baha juga menyinggung pentingnya tawadhu dalam kehidupan. Menurutnya, rasa rendah hati akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang menyadari keterbatasannya, terutama saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.
“Kadang kita diajari tawadhu bukan dengan nasihat, melainkan melalui ujian seperti kesulitan finansial atau kesulitan lainnya. Dalam kondisi seperti ini, kita lebih mudah untuk rendah hati dan sopan kepada Allah,” jelasnya.
Kisah Nabi Musa dan Proses Pengurangan Salat
Selain kisah Nabi Adam AS, Gus Baha juga menyoroti peristiwa dialog Rasulullah SAW dengan Nabi Musa saat menerima perintah salat.
Dalam peristiwa tersebut, Nabi Musa berulang kali meminta Rasulullah untuk memohon keringanan kepada Allah SWT hingga akhirnya jumlah salat yang diwajibkan dikurangi menjadi lima waktu.
“Inilah pelajaran penting bahwa Allah suka kepada hamba-Nya yang memohon dan tidak pernah bosan untuk meminta keringanan atau pertolongan kepada-Nya,” ujar Gus Baha.
Ia menegaskan bahwa peristiwa ini menunjukkan pentingnya komunikasi dengan Allah dalam setiap aspek kehidupan, serta betapa besar kasih sayang Allah kepada umat manusia.
Membangun Kedekatan dengan Allah Melalui Sholat
Dalam kajiannya, Gus Baha menutup dengan pesan bahwa pelajaran terbesar dari Isra Mi’raj adalah pentingnya salat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Salat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk kesopanan kita kepada Allah. Seperti kita bersikap sopan kepada orang yang berjasa kepada kita, begitu pula kita harus bersikap kepada Allah yang telah memberikan segalanya kepada kita,” tuturnya.
Isra Mi’raj menjadi pengingat bagi umat Islam untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT dan menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan serta kesadaran akan makna yang terkandung di dalamnya.