Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan harga emas (GLD) menunjukkan tren naik, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, yang memperkuat daya tarik logam mulia ini di pasar global.
“Investor melihat emas sebagai aset aman, terutama di saat ketidakpastian ekonomi meningkat,” kata Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Senin (14/10).
Prospek pemotongan suku bunga telah menambah momentum positif untuk emas. Di pasar internasional, permintaan fisik emas beragam, dengan kenaikan signifikan di India menjelang musim festival, sementara di China, dealer masih menawarkan diskon akibat lemahnya sentimen konsumen pasca-liburan.
“Meski permintaan emas fisik secara global menurun, khususnya dalam konsumsi perhiasan, emas tetap mengalami peningkatan harga di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global,” ujarnya.
Sementara itu, perak (SLV) juga bergerak naik, mengikuti tren naik yang sama dengan emas. Ketidakpastian ekonomi global terus mendorong perak sebagai aset safe haven, terutama di kalangan investor kecil dan menengah yang mencari alternatif lebih terjangkau daripada emas.
“Namun, perak tidak hanya menarik bagi investor, tetapi juga memainkan peran penting dalam sektor industri, terutama di bidang teknologi, energi, dan manufaktur,” katanya.
Tren kenaikan harga perak saat ini, menurut Devin, dipicu oleh kombinasi permintaan safe haven dan ketidakpastian di pasar logam industri, meskipun prospek permintaan industri di China yang melemah dapat membatasi kenaikan lebih lanjut.
Berikutnya, minyak (USO) harganya mengalami tren kenaikan dipengaruhi oleh data ekonomi dari China yang menunjukkan tekanan deflasi dan lemahnya permintaan konsumen.
“China menghadapi tekanan deflasi yang berdampak pada permintaan minyak global, sementara stimulus yang diumumkan oleh pemerintah China gagal meyakinkan investor,” paparnya. Namun, ketidakpastian geopolitik tetap menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak saat ini.
Rusia terus mengekspor minyaknya melalui ‘shadow fleet‘, yaitu kapal tanker tidak bertandai untuk menghindari sanksi Barat, dengan lebih dari 70% minyak Rusia diangkut melalui armada tersebut. Kapal-kapal itu sering tidak diasuransikan dengan baik, meningkatkan risiko lingkungan dan keamanan laut.
Sementara itu, Amerika Serikat memperluas sanksi terhadap ghost fleet Iran, yang digunakan untuk melewati sanksi, semakin memperburuk ketegangan di Timur Tengah.
Potensi serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran tetap menjadi perhatian utama, terutama dengan penempatan sistem pertahanan rudal THAAD oleh Amerika Serikat di Israel, yang membutuhkan keterlibatan pasukan AS untuk pengoperasiannya.
“Situasi ini menambah dimensi geopolitik baru di kawasan tersebut,” paparnya.
Selain itu, serangan Houthi baru-baru ini terhadap kapal tanker di Laut Merah kian memperburuk ketidakpastian pasokan minyak global, berpotensi memicu lonjakan harga minyak dalam waktu dekat, utamanya menjelang pemilihan presiden di Amerika Serikat.
“Secara keseluruhan, tren naik pada minyak, emas, dan perak diperkirakan berlanjut dalam waktu dekat, didorong oleh ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter di AS,” jelasnya.
Untuk minyak, risiko dari shadow fleet Rusia dan ghost fleet Iran, serta ketegangan di Timur Tengah, akan menjadi pendorong utama harga.
Di pasar emas, penurunan suku bunga yang diantisipasi dari The Fed serta permintaan fisik yang kuat di India akan terus mendukung harga emas.
Sementara perak akan tetap diminati baik sebagai aset safe haven maupun komoditas industri, meskipun pengaruh dari permintaan industri China dapat menjadi faktor penghambat dalam jangka pendek.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsultasi keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489.