Di Tengah Tren Penurunan, Minyak Bumi Berpotensi Alami Pemulihan

Jika USO berhasil menembus dan bertahan di atas resistance $73,65, ini menjadi sinyal potensi pembalikan tren penurunan, dengan target kenaikan menuju $75 atau lebih tinggi. Foto: istimewa

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian menjelaskan harga emas (GLD) terus bergerak naik sehingga membentuk higher highs dan higher lows dalam channel naik.

“Tren saat ini menunjukkan kenaikan (upward trend),” ujar Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Selasa (24/9).

Bacaan Lainnya

Indikator moving average menunjukkan momentum bullish yang kuat, dengan harga tetap berada di atas rata-ratanya.

Baru-baru ini, GLD menyentuh USD243, dan RSI menunjukkan bahwa harga berada di area overbought, yang mengindikasikan potensi jenuh beli.


Federal Reserve AS baru-baru ini menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, yang meningkatkan daya tarik emas sebagai investasi aman di tengah inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Dampaknya, harga emas berjangka mendekati USD2.660 per ons, didukung oleh suku bunga rendah, pelemahan dolar AS, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

“Ke depannya, fokus pasar akan tertuju pada laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) dari AS, yang dapat mempengaruhi ekspektasi inflasi dan kebijakan The Fed,” terang Devin.

Jika harga GLD berhasil menembus level resistance di sekitar USD249, tren naik (uptrend) dapat berlanjut. Namun, karena RSI menunjukkan kondisi overbought, investor perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi kecil sebelum harga kembali melanjutkan kenaikan.

Jika harga gagal menembus resistance ini, kemungkinan besar akan ada penurunan menuju garis tren bawah dari channel naik.

“Secara keseluruhan, prospek GLD tetap positif dalam jangka pendek, meskipun risiko koreksi sementara tetap ada,” katanya.

Sementara itu, pergerakan harga perak (SLV) telah berhasil breakout dari tren turun sebelumnya dan kini sedang mengalami konsolidasi di sekitar harga USD28.

“Saat ini, tren menunjukkan konsolidasi setelah breakout dari tren turun,” katanya.

Meskipun momentum lanjutan belum terlihat, harga tetap bertahan di atas level support penting. RSI mengindikasikan bahwa pasar saat ini dalam fase konsolidasi dan menunggu arah yang lebih jelas.

Setelah pemotongan suku bunga oleh The Fed, harga perak berjangka naik sebesar Rs 1.700/kg, menunjukkan meningkatnya permintaan.


Namun, pergerakan harga perak cukup fluktuatif karena selain berfungsi sebagai aset aman, perak juga banyak digunakan di sektor industri, seperti elektronik dan pembuatan panel surya.

“Hal ini membuat SLV dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global, terutama dari China, yang saat ini sedang melambat,” katanya.

Jika akhirnya SLV berhasil keluar dari fase konsolidasi dan melanjutkan kenaikan, target harga berikutnya berada di sekitar USD30. Namun, jika harga gagal mempertahankan level $28 atau terus bergerak sideways, harga dapat kembali menguji level support yang lebih rendah.

“Secara keseluruhan, prospek SLV tetap positif dalam jangka pendek, namun perlu diperhatikan bagaimana harga bergerak keluar dari konsolidasi ini,” papar Devin.

Berikutnya komoditas minyak bumi (USO). Saat ini, USO menghadapi kondisi pasar yang penuh tantangan. Tren saat ini menunjukkan penurunan (downward trend), dengan pergerakan harga terbaru yang menunjukkan pelemahan, turun dari pembukaan di USD72,96 ke penutupan di USD72,25.

Meskipun demikian, ada beberapa tanda pemulihan potensial, tetapi momentum secara keseluruhan masih menunjukkan tren penurunan.

“Level resistance kunci berada di USD73,65, yang menjadi titik krusial untuk menentukan arah selanjutnya,” katanya.

Kondisi pasar minyak juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk gangguan pasokan dari Badai Tropis 9 di Teluk Meksiko, yang dapat mendukung harga minyak dalam jangka pendek. Namun, permintaan minyak global, terutama dari China, terus menurun karena ekonomi yang melambat dan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif.

Jika USO berhasil menembus dan bertahan di atas resistance USD73,65, ini menjadi sinyal potensi pembalikan tren penurunan, dengan target kenaikan menuju USD75 atau lebih tinggi.

Namun, jika harga gagal melewati resistance ini, ada kemungkinan besar harga akan kembali turun dan menguji level support di sekitar USD70.

“Secara keseluruhan, tren turun (downtrend) masih dominan, dengan potensi pemulihan jangka pendek, namun risiko penurunan lebih lanjut tetap ada,” pungkasnya.

*Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsultasi keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan