Qnews.co.id, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto melantik Purnomo Yusgiantoro sebagai Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi di Istana Negara Jakarta, Selasa (22/10).
Purnomo yang kelahiran Semarang, 16 Juni 1951 itu merupakan sosok yang tidak asing dalam persoalan pemajuan energi nasional. Itu karena Purnomo pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2000-2009.
Sebelum menjabat menteri, ia mengawali kariernya sebagai seorang dosen di Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti pada tahun 1974. Ia juga menjalani pekerjaan sebagai konsultan sumber daya alam.
Purnomo Yusgiantoro diketahui menyelesaikan studi Master di dua kampus ternama di luar negeri, yakni Colorado School of Mines, Golden, Corolado dan University of Colorado at Boulder Main Campus. Setelah itu, ia menyelesaikan studi doktoral di University of Colorado at Boulder Main Campus, Amerika Serikat.
Di bidang politik, karir Purnomo diawali saat menjadi Ketua II Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri, lalu menjadi Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina (DKPP) pada tahun 1993-1998.
Setelah menjadi dewan komisaris, ia dipercaya sebagai Gubernur Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) pada 1996-1998. Lalu pada tahun 2000 Purnomo diberi kepercayaan untuk menjadi Menteri ESDM di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Saat menjabat sebagai menteri, Purnomo dikenal sebagai pribadi yang kompeten dalam menjaga dan mengelola sumber daya mineral domestik. Pengetahuan dan kinerjanya di bidang energi membuatnya dipercaya di posisi yang sama hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menukil rekam jejak dan pengetahuan Purnomo yang sangat erat terkait pengelolaan energi nasional, Purnomo Yusgiantoro kembali mendapat kepercayaan dan kali ini oleh Presiden Prabowo. Ia pun didapuk menjadi penasihat khusus untuk urusan energi.
Purnomo diberi pekerjaan rumah untuk mewujudkan Visi dan Misi Asta Cita Prabowo-Gibran dalam mewujudkan ketahanan energi. Ia juga diminta berperan untuk mengoptimalkan hilirisasi sumber daya alam, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi setidaknya 8 persen.
Purnomo diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran, khususnya terkait perumusan kebijakan yang akan membantu Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Dengan demikian bisa memacu produksi minyak dan gas (migas) nasional, serta menekan kuantitas impor yang tercatat masih cukup tinggi, yakni sebesar 297 juta barel.