Sumpah Pemuda, Kenali Aktor dan Maknanya bagi Bangsa

Logo Hari Sumpah Pemuda 2024. Foto: Situs Kemenpora RI

Qnews.co.id, JAKARTA – Hari ini, 28 Oktober 2024, merupakan momen peringatan Sumpah Pemuda. Sebuah peristiwa bersejarah yang selalu dikenang karena merupakan salah satu babak penting dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Diperingati setiap tanggal 28 Oktober, momen Sumpah Pemuda tidak hanya menandai ikrar persatuan dari kalangan pemuda, namun juga menjadi simbol semangat kebangkitan nasional untuk melawan kolonialisme.

Melalui Kongres Pemuda, para pemuda dari beragam latar belakang daerah, suku dan agama memutuskan bersatu. Para pemuda berkeyakinan bahwa mereka adalah bangsa Indonesia. Semangat persatuan itu yang akhirnya melahirkan ikrar kebangsaan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Semasa pergerakan nasional yang dimulai pada tahun 1908 hingga 1945, sejumlah organisasi kepemudaan mulai muncul. Mereka hadir atas dasar kesadaran nasional. Sebut saja, organisasi Budi Utomo (1908), Jong Java (1915), hingga Persatuan Pelajar Indonesia (1926).

Hal itu terangkum dalam studi yang terbit di Journal of Education Vol 6 No 3 Tahun 2024 oleh Ajeng Priska Sari dan kawan-kawan. Disebutkan kemunculan sejumlah organisasi kepemudaan seiring dengan terbentuknya kesadaran nasional yang mendorong para pemuda untuk bersatu. Mereka bersepakat berjuang bersama untuk melawan Kolonial Belanda.

Kongres Pemuda I
Merujuk buku berjudul Sumpah Pemuda yang ditulis oleh Momon Abdul Rahman dan kawan-kawan, yang terbit pada tahun 2008, diketahui kongres pemuda pertama digelar pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Kongres tersebut dilaksanakan di Gedung Vrijmetselaarsloge atau sekarang dikenal sebagai gedung Bappenas di Jakarta.

Sejumlah tokoh yang terlibat pada Kongres Pemuda I, diketuai Mohammad Tabrani (Jong Java) dengan wakil Ketua Soemarto (Jong Java) beserta sekretaris Djamaloedin (Jong Sumatranen Bond) serta bendahara Soewarso (Jong Java)

Konres Pemuda I memiliki sejumlah anggota di antaranya Bahder Djohan (Jong Sumatranen Bond), Jan Toule Soulehuwij (Jong Ambon), Paul Pinontoan (Jong Celebes), Achmad Hamami (Sekar Roekoen), Sanoesi Pane (Jong Bataks Bond) dan Sarbaini (Jong Sumatranen Bond)

Meski memiliki semangat yang kuat, kongres pemuda pertama dinilai tidak berhasil melahirkan kesepakatan. Hal itu terjadi setelah muncul pertentangan antara Muhammad Tabrani sebagai Ketua Kongres dengan Muhammad Yamin, terkait penggunaan istilah bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Berkaca dari peristiwa tersebut, para pemuda tidak putus asa, Mereka lalu memunculkan wacara untuk menggelar Kongres Pemuda Kedua.

Kongres Pemuda II
Kongres pemuda kedua akhirnya sukses dihielat setelah melalui serangkaian diskusi panjang dan intens disertai aneka dimanika rapat. Kongres tersebut berhasil diselenggarakan pada 27 hingga 28 Oktober 1928.

Berdasarkan literatur, diketahui kongres itu digagas oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Adapun tujuan Kongres Pemuda II untuk memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia yang belum sempat tercapai di kongres sebelumnya.

Setelah melewati tiga kali pertemuan rapat, kongres pemuda kedua akhirnya berhasil membuat keputusan bersama, berupa ikrar Sumpah Pemuda dengan isinya sebagai berikut:

Pertama
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia.

Kedua
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Kongres Pemuda II saat itu diketuai oleh Soegondo Djojopoespito (PPPI) dengan wakil ketua Raden Mas Djoko Marsaid (Jong Java) dan sekretaris Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond) dan bendahara Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

Berbeda dengan kongres pemuda pertama, pada kongres kedua, panitia dibantu oleh pembantu I yakni Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond) dan pembantu II Raden Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia), pembantu III R. C. L. Senduk (Jong Celebes), pembantu IV Johannes Leimena (Jong Ambon) serta pembantu V Mohammad Rocjani Soe’oed (Pemuda Kaoem Betawi)

Makna Sumpah Pemuda
Menukil Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 2 (2024) karya Rhenna dan kawan-kawan, disebutkan ada beberapa makna dari Sumpah Pemuda, di antaranya:

1. Bangga berbahasa Indonesia
Sumpah Pemuda telah menegaskan bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Sebelum kemerdekaan, bahasa Indonesia telah dikenal dan menjadi alat komunikasi di antara berbagai suku di nusantara meskipun sejumlah daerah memiliki bahasa daerah masing-masing.

Pengakuan itu tidak hanya menyatukan berbagai suku bangsa yang ada, namun juga mengukuhkan eksistensi dan kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai identitas bersama.

2. Mengajarkan nilai persatuan bangsa
Sumpah Pemuda telah mengajarkan bahwa perbedaan suku, agama, dan budaya bukan menjadi halangan untuk bersatu. Justru dari keberagaman tersebut, para pemuda masa lalu mampu mengedepankan nilai-nilai kebersamaan, seperti sikap toleransi, saling menghormati, dan menghargai antar sesama demi tujuan bersama yakni persatuan bangsa.

3. Cinta tanah air
Sumpah Pemuda juga menjadi simbol komitmen para pemuda untuk menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Komitmen tersebut telah menumbuhkan rasa cinta tanah air dan tanggung jawab untuk terus berjuang demi kemajuan bangsa.

Kini di usia yang ke 96 tahun, Sumpah Pemuda merupakan momen bersejarah yang membanggakan yang pernah dialami oleh Indonesia. Selain menjadi arena mempererat persatuan dan semangat nasionalisme para pemuda di nusantara, Sumpah Pemuda menjadi penyemangat untuk terus belajar dan berkarya tanpa mengenal lelah.

Untuk itu, generasi muda termasuk Gen Z dituntut memahami dengan baik peristiwa Sumpah Pemuda dan sejumlah aspek yang melingkupinya. Pasalnya, tanpa persatuan, sulit bagi Indonesia untuk bisa melangkah keluar dari keterpurukan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan