Qnews.co.id – Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan, ajang 5th Multilateral Naval Exercise Komodo 2025 (MNEK) yang berlangsung di Bali sejak Minggu (16/2) lalu, bukan sekedar latihan angkatan laut biasa.
Sejatinya, latihan multilateral maritim yang mengusung tema “Maritime Partnership for Peace and Stability” diikuti oleh 38 negara sahabat.
“38 negara terlibat dalam latihan ini, termasuk Amerika, Rusia dan China yang merupakan tiga negara berkekuatan besar yang bersaing di Indo-Pasifik—MNEK,” kata Khairul Fahmi, Jumat (21/2).
“Kehadiran tiga negara tersebut membawa dampak strategis bagi Indonesia dalam memperkuat peran sebagai mediator dinamika geopolitik global,” sambung Khairul.
Khairul juga menjelaskan bahwa, saat masih menjabat sebagai menteri pertahanan, Prabowo Subianto sudah menjadikan ajang MNEK sebagai cerminan kebijakan luar negeri dan strategi diplomasi pertahanan.
Sebab, ajang latihan militer yang awalnya hanya skala regional perlahan mulai menarik perhatian sejumlah negara-negara yang memiliki kekuatan besar.
Seperti Amerika dan China yang telah berpartisipasi sejak tahun 2016. Sedangkan Rusia berpartisipasi pada ajang ini pada tahun 2023.
“Ketiga negara tersebut telah menjadi bagian dalam MNEK 2025. Hal ini membuat peran MNEK sebagai mekanisme diplomasi maritim yang membangun kepercayaan di tengah rivalitas global,” jelasnya.
Dengan begitu, ajang MNEK telah menunjukkan perkembangan yang bukan hanya sekedar latihan biasa, namun sudah menjadi forum multilateral yang inklusif dan efektif.
Selain itu, kehadiran para negara besar dari beragam blok politik di MNEK 2025 juga menunjukkan bahwa Indonesia tetap pada prinsip politik luar negeri yang bebas aktif.
“Hadirnya negara besar dan kuat membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi titik temu kepentingan strategis dalam Indo-Pasifik,” ujarnya.
“Kehadiran Amerika, Rusia dan China dalam satu forum latihan juga menciptakan ruang interaksi yang lebih cair,” sambungnya.
Gelaran MNEK 2025 juga menjadi bukti bahwa dibawah pimpinan presiden Prabowo Subianto, Indonesia mampu bermain peran dalam diplomasi maritim global.
Selain itu, latihan ini juga menjadi ajang kerjasama non-tempur dan membangun kepercayaan multilateral di tengah dinamika geopolitik yang kompleks.