Qnews.co.id, JAKARTA – Diskusi kebangsaan yang digelar para diaspora Indonesia berujung ricuh akibat kehadiran para preman bayaran.
Acara yang digagas Forum Tanah Air (FTA) itu merupakan kumpulan warga Indonesia dan tersebar di lima benua yang sedianya akan berbagi pikiran terkait peralihan kepemimpinan nasional pada bulan Oktober 2024.
Chairman FTA yang berpusat di New York AS Tata Kesantra menyayangkan adanya pembiaran, sehingga perusuh bisa masuk ke venue acara dengan leluasa. Semestinya kepolisian yang berada di lokasi kejadian bisa mencegah aksi anarkistis tersebut.
“Ini sangat memalukan sekali. Kondisi ini jauh lebih buruk dari Orde Baru, kita mundur 40 tahun ke belakang. Sepertinya mereka bermaksud untuk memberikan shock therapy, tapi mereka salah memilih tempat dan salah sasaran,’’ kata Tata dalam konperensi pers di Hotel Grand Kemang Jakarta Selatan, Sabtu (28/9) siang.
Diskusi yang dihadiri oleh para akademisi dan tokoh nasional itu diserang dan diobrak-abrik sebelum acara sempat dimulai.
“Sejak pukul 9 pagi puluhan perusuh sudah berorasi di depan hotel. Mereka menuntut diskusi dibubarkan,” ujarnya.
Sekitar pukul 10 pagi mereka masuk ke ruang ballroom tempat diskusi akan dilangsungkan. Mereka dengan garang berteriak dan mengancam agar acara dibubarkan sambil mencabut backdrop dan banner, termasuk merusak layar infokus, kursi, mikrofon, kamera, dan lainnya.
Tata menyebutkan kejadian itu sebagai berita buruk dari Indonesia, bagi diaspora yang berada di Amerika, Eropa, Australia, Asia dan Afrika.
“Ini memalukan, apa yang bisa kita tawarkan ke dunia. Ada orang-orang yang sudah lama tinggal diluar negeri, tapi kok dihadapkan dengan hal ini. Ini sangat memalukan sekali, karena acara ini disiarkan secara live,’’ terangnya.
Tata yang baru tiba dari New York pekan lalu itu mengungkapkan, FTA ingin membuat acara untuk mempertegas apa yang harus dilakukan menjelang pergantian kepemimpinan agar menjadi hal positif.
“Kami ingin mengusulkan perbaikan-perbaikan ke pemerintahan,” tegasnya.
Tata mengaku terkejut dengan kejadian anarkistis tersebut. “Selama 25 tahun tinggal di Amerika dan sejak pagi saya sudah tahu ada yang demo di depan hotel dan kita biarkan, karena kita juga punya hak berkumpul dan berserikat seperti halnya pendemo,” paparnya.
Info yang diterima Tata menyebut pejabat polisi telah menjamin bahwa pendemo tidak akan masuk, namun ternyata 5 menit kemudian mereka masuk dan merusak secara brutal properti FTA.
“Tamu dan peserta yang hadir disini adalah orang-orang yang peduli dengan bangsa ini,” tegasnya.
Para tokoh yang hadir tetap tenang dan tidak terpancing aksi perusuh. Mereka menyayangkan jelang peralihan kekuasaan justru dinodai dengan peristiwa yang merusak proses demokrasi.
Tokoh nasional yang hadir seperti Prof Din Syamsuddin menilai peristiwa tersebut sebagai kejahatan demokrasi dan anarkisme.
“Ini menganggu kehidupan kebangsaan kita. Polisi tidak berfungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat, mereka diam saja,” ujar Din Syamsuddin.
Intelektual muslim itu menambahkan, “Saya protes keras terhadap polisi yang berdiam diri pada spanduk pendemo, mereka adalah pemecah belah rakyat, padahal saya adalah tokoh pemersatu bangsa.”
Senada, mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko yang turut hadir mempertanyakan demokrasi apa yang terjadi di Indonesia saat ini.
“Pagi ini ada penyerangan secara barbar, dan apakah polisi bisa menangkap mereka? Saya tunggu polisi mengusut kelakuan brutal tadi, karena ada tiga orang satpam juga dipukuli oleh perusuh,” paparnya.
Sebagai informasi, Forum Tanah Air (FTA) adalah forum pikiran dan diskusi politik kebangsaan yang merdeka dan tidak terafiliasi pada partai, LSM, dan tokoh tertentu.