Di Pemerintahan Mendatang, REI Komit Sukseskan Program 3 Juta Rumah per Tahun

Kementerian PUPR menyebutkan, pengertian backlog merujuk pada jumlah unit perumahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi dalam suatu kawasan atau wilayah tertentu. Dalam istilah properti, backlog pada perumahan merupakan kondisi kesenjangan antara total hunian terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan oleh masyarakat, termasuk angka rumah yang tidak laik huni. Foto: perkim.id

Qnews.co.id, JAKARTA – Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) menegaskan komitmennya untuk menyukseskan Program 3 Juta Rumah setiap tahun di era presiden terpilih Prabowo Subianto.

Ketua Umum DPP REI Joko Suranto menilai program 3 juta rumah per tahun sebagai kemajuan pesat. Hal tersebut merupakan loncatan tinggi bagi industri perumahan nasional di masa mendatang.

Bacaan Lainnya

“Kami dari REI komit mendukung program yang sangat mulia ini,” terang Joko dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (11/10).

Menurutnya, tidak akan ada hasil yang berbeda, jika cara mengatasi kebutuhan rumah (backlog) masih tetap sama. Oleh karena itu, program pengentasan angka kemiskinan melalui penyediaan hunian secara masif sebanyak 3 juta unit bagi masyarakat di pedesaan dan perkotaan menjadi sejalan dengan usaha mengentaskan backlog perumahan.

Menurut Joko, bangsa Indonesia tengah menghadapi angka backlog (kekurangan) pasokan rumah yang sangat besar. Jumlahnya mencapai 12,7 juta unit.

“Ironisnya, angka itu tidak banyak mengalami perubahan setidaknya dalam 10 tahun terakhir,” ungkapnya.

Sejauh ini, sektor properti telah memberi kontribusi sebesar 14 persen terhadap PDB nasional. Angka itu menyumbang anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 9 persen, pendapatan asli daerah (PAD) antara 35-55 persen.

“Serta mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 14-17 juta orang,” ujarn Joko.

Selain itu, sektor properti telah berperan penting dalam menurunkan angka kemiskinan sebesar 8 persen. Bahkan mampu menekan stunting seperti yang dicita-citakan presiden terpilih Prabowo Subianto.

Menurut Joko, sektor perumahan memiliki keterkaitan dengan hampir 185 industri lainnya di sektor riil. Karena itu, sektor properti memiliki dampak besar bagi bergeraknya perekonomian.

Sebagai bisnis yang padat karya, sektor properti mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 13 juta-19 juta orang. “Dengan kontribusi yang strategis itu, industri properti sangat pantas menjadi tulang punggung (backbone) pertumbuhan ekonomi nasional,” tegasnya.

Sektor ini juga berperan penting dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen per tahun untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Sektor properti yang di dalamnya perumahan telah bertindak sebagai pengungkit perekonomian nasional sesuai dengan paradigma yang diusung propertinomic.

Senada, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Perumahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, yakni Hashim S. Djojohadikusumo mengungkapkan pemerintahan baru telah memberikan perhatian besar terhadap sektor perumahan melalui program pembangunan 3 juta rumah per tahun.

“Termasuk juga rencana pembentukan kembali Kementerian Perumahan,” jelasnya.

Berdasarkan pertimbangan yang jelas tentang pentingnya perumahan dalam menekan angka stunting dan memberantas kemiskinan, pemerintah baru, kata Hashim, telah berkomitmen untuk menghidupkan kembali Kementerian Perumahan.

Hal itu diperlukan untuk menjalankan program pembangunan 3 juta rumah yang secara rinci, terdiri dari 2 juta rumah di pedesaan dan 1 juta rumah di perkotaan pada setiap tahunnya.

“Tujuan dan target itu sangatlah mungkin untuk direalisasikan,” tegas Hashim.

Menurut Hashim, Bangsa Indonesia harus bersungguh-sungguh dan ambisius dengan memasang target yang tinggi. Hal itu diperlukan agar pembangunan perumahan 3 juta rumah per tahun bisa terwujud.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan