Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian menjelaskan kenaikan harga emas telah lebih dari 33% sepanjang tahun ini. Hal itu dipicu oleh ketidakpastian pemilihan presiden AS dan konflik di Timur Tengah yang telah mendorong investor mencari perlindungan di aset safe-haven.
ETF emas (GLD), kata Devin juga mencerminkan tren ini, yang didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga.
“Jika ketidakpastian pemilu berlanjut dan penurunan suku bunga terjadi, harga emas berpotensi mendekati angka tertinggi baru di sekitar USD2,800,” jelas Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Rabu (30/10).
Berbagai opsi investasi di emas, kata Devin, dapat dipertimbangkan dalam kondisi pasar saat ini. Emas fisik (batangan atau koin) memberikan kontrol langsung dan keamanan saat krisis, namun memerlukan biaya penyimpanan dan asuransi.
Sementara itu, saham tambang emas menawarkan potensi keuntungan lebih besar seiring kenaikan harga emas, meskipun memiliki risiko lebih tinggi karena tergantung pada kinerja operasional perusahaan tambang.
“ETF emas merupakan pilihan yang lebih praktis, memberikan eksposur terhadap pergerakan harga emas tanpa harus menyimpan emas fisik. Juga dengan biaya yang lebih rendah dan likuiditas yang lebih tinggi,” paparnya.
Sementara itu, perak perak juga meningkat tajam dengan kenaikan lebih dari 2% dalam perdagangan terakhir. Kenaikan itu didorong oleh harapan pasar terhadap pemilu AS dan pelemahan nilai Dolar AS.
ETF perak (SLV) mencerminkan tren ini, didukung oleh arus safe-haven di tengah konflik di Lebanon serta data ekonomi AS yang akan segera dirilis, termasuk PDB kuartal ketiga dan laporan ketenagakerjaan.
“Analis memperkirakan terjadinya pergerakan lebih lanjut jika kebijakan suku bunga Fed mempengaruhi pasar perak secara keseluruhan,” kata Devin.
Berikutnya, harga minyak turun signifikan setelah laporan menunjukkan penurunan tak terduga dalam stok minyak mentah AS, sementara cadangan minyak strategis justru meningkat.
Penurunan permintaan global dan ketidakpastian ekonomi juga berkontribusi pada tren penurunan ETF minyak (USO).
“Namun, ada potensi perubahan tren jika ada perkembangan signifikan terkait konflik Timur Tengah atau stimulus ekonomi dari China dan AS,” kata Devin.
Dalam beberapa hari ke depan, harga GLD, SLV, dan USO kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh hasil pemilihan presiden AS, data ekonomi utama di AS, serta keputusan kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve.
Ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah dan ekspektasi penurunan suku bunga juga akan memainkan peran penting.
GLD dan SLV diperkirakan akan tetap dalam tren naik, sementara USO mungkin akan menghadapi tekanan, kecuali terjadi peningkatan permintaan atau gangguan pasokan yang signifikan.
“Dengan harga emas dan perak yang terus naik, berbagai opsi investasi memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing,” jelas Devin,
Untuk itu, investor sebaiknya mempertimbangkan tujuan investasi, toleransi risiko, dan jangka waktu sebelum mengambil keputusan.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489