Harga Tiket Pesawat Domestik Mahal, Ini Pemicunya

Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra. Foto: ANTARA

Qnews.co.id, JAKARTA – Dirut PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Irfan Setiaputra menjelaskan alasan mengapa harga tiket pesawat domestik sering kali lebih mahal dibandingkan perjalanan internasional.

Menurut Irfan ada sejumlah asalan. Salah satu faktor utama mengapa harga tiket pesawat domestik cenderung lebih mahal dibandingkan perjalanan internasional adalah terkait pajak avtur. Untuk penerbangan domestik, bahan bakar avtur dikenakan pajak, sedangkan untuk penerbangan internasional, pajak avtur tidak berlaku.

Bacaan Lainnya

Hal ini tentunya berdampak pada biaya operasional maskapai penerbangan domestik yang kemudian berpengaruh pada harga tiket yang harus dibayar oleh penumpang.

“Kami nggak pernah keluar dari rambu-rambu harga pemerintah. Tapi, pajak masuk kena tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) dimana avtur yang kami beli juga kena. Tiket yang kami jual ke dalam negeri pun dikenai pajak,” ujar Irfan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (11/11).

Alasan kedua, mahalnya tiket pesawat domestik akibat pengenaan tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U). Saat ini kenaikannya mencapai 35 persen pada tahun 2023 lalu.

“Tarif Batas Atas (TBA) dikenai pajak. Abis itu, PJP2U tahun 2023 naik 35 persen secara diam-diam. Nggak tau kan? Harga tiket akhirnya gue naikkan, ya harus naik dong,” terang Irfan.

Lebih jauh, Irfan Setiaputra membeberkan bahwa harga tiket pesawat untuk tahun depan (2025), kemungkinan akan naik seiring penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen.

“Ya pasti naik. Itung aja, TBA tambah pajak tambah Angkasa Pura,” katanya.

Irfan mengungkapkan tidak ada masalah jika penjualan bahan bakar avtur dilakukan secara persaingan terbuka. Artinya ada kompetisi dan persaingan harga antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan lain.

Selain itu, kata Irfan, perusahaan penjual bahan bakar avtur di luar PT Pertamina (Persero) seharusnya tersedia di seluruh wilayah, termasuk hingga ke daerah timur Indonesia.

“Katanya mau persaingan tidak hanya Pertamina aja. Itu juga nggak masalah. Pertamina juga rasanya nggak akan masalah,” terang Irfan Setiaputra.

Ia menambahkan, “Jangan di Cengkareng aja. Pertamina itu ada di Ternate loh dia, di Palopo juga dia. Kalau mau jualan avtur dengan harga murah, buka juga dong di Palopo. To be fair ya. Kalau cuma di Jakarta sama Bali aja, kan, kurang fair.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan