Qnews.co.id, Jakarta – Ratusan massa buruh tani menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Patung Arjuna Wijaya, persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka. Pada selasa, (24/9). Demonstrasi ini diadakan dalam rangka peringatan Hari Tani Nasional yang jatuh pada hari ini.
Berdasarkan pantauan di lapangan, para peserta aksi hadir sejak pukul 09.00 WIB dengn membawa enam unit traktor yang berfungsi sebagai simbol perjuangan mereka.
Traktor-traktor tersebut diarak di belakang mobil komando dan ditempatkan di depan mobil saat berada di Patung Kuda. Aksi ini berlangsung singkat, tidak lebih dari tiga jam, sebelum massa bergerak menuju gedung DPR RI.
Salah satu peserta aksi, Jumahari, petani padi dan kelapa asal Banten, menyampaikan keluhannya tentang kondisi kehidupan petani yang semakin sulit.
“Peningkatan kesejahteraan yang kami harapkan tak kunjung tercapai. Saat panen, harga gabah selalu turun, sementara harga pupuk terus meroket,” ujarnya.
Ia berharap Hari Tani Nasional dapat membuka kesadaran pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberikan bantuan, terutama dalam menurunkan harga pupuk.
Petani lain, Mari, juga mengeluhkan berkurangnya lahan bertani akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman. Ia menjelaskan bahwa mereka bergantung pada lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil, tetapi kini lahan yang tersedia semakin sedikit.
“Semua sudah diambil perusahaan. Kami berharap ada lahan untuk petani kecil,” tuturnya.
Untuk diketahui, polisi telah mengerahkan ribuan personel untuk mengamankan aksi demo buruh tani untuk memperingati Hari Tani Nasional (HTN) 2024 di Istana dan Gedung DPR/MPR, Selasa (24/9).
“Kuat libat personil pengamanan sebanyak 4.294 Personil,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indardi, Jakarta, Selasa (24/9).
Lebih lanjut, dia menjelaskan personel tersebut terdiri dari Satuan Tugas Daerah (Satgasda) sebanyak 2.830 personel dan Satuan Tugas Resor (Satgasres) sebanyak 330 personel. Kemudian, TNI, dan Pemda DKI, dan Mabes Polri sebanyak 1.134 personil.
Selain pengamanan, polisi juga akan melakukan rekayasa lalu lintas yang bersifat situasional
“Untuk rekayasa lalulintas bersifat situasional melihat eskalasi di lapangan. Apabila jumlah massa dan eskalasi meningkat maka diadakan penutupan jalan. Apabila jumlah massa tidak banyak, lalin normal seperti biasa,” kata dia.
Ade menjelaskan, sejumlah massa membawa tuntutan yaitu laksanakan reforma agraria, selesaikan konflik agraria, tolak impor pangan dan hapus omnibus law UU cipta kerja.
Ade Ary juga menyampaikan Polda Metro Jaya melaksanakan pengamanan secara terpadu dengan mengedepankan kegiatan pengamanan secara preemtif, preventif, dan penegakan hukum.
“Mengimbau agar aksi unjuk rasa tetap berpedoman pada regulasi sesuai aturan hukum yang berlaku, silahkan sampaikan aspirasi secara sejuk dan damai, tidak ada ujaran kebencian dan provokatif yang dapat mengganggu stabilitas kamtibmas,” imbuhnya.