KFC Indonesia Merugi Imbas COVID-19 dan Boikot, 2.274 Karyawan di PHK

Ilustrasi - Menu rumah makan cepat saji KFC. Foto: ANTARA

Qnews.co.id, JAKARTA – Sejak berdiri pertama kali di bulan Oktober 1979, Kentucky Fried Chicken (KFC) Indonesia telah setia menemani masyarakat dengan menu ikoniknya, ayam krispi.

Kesuksesan KFC Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang baru-baru ini membuat publik heran. Pasalnya FAST mencatatkan kerugian yang sangat besar hingga kuartal ketiga tahun ini.

Tercatat kerugian PT Fast Food Indonesia Tbk yang menaungi restoran waralaba KFC Indonesia itu mencapai Rp557,08 miliar. Kerugian KFC Indonesia itu disampaikan dalam laporan keuangan konsolidasian per 30 September 2024 yang diunggah di laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kerugian yang terjadi hingga tahun 2024 itu, menambah catatan panjang kerugian korporasi yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun terakhir.

Laporan ke BEI itu menyebutkan, KFC Indonesia memang tak pernah mengalami untung sejak 2020. Situasai itu, bahkan jauh sebelum ajakan boikot produk KFC menggema di ruang media sosial, imbas serangan Israel ke Palestina.

Pada tahun 2022, FAST sudah mencatat rugi tahun berjalan sebesar Rp77,45 miliar, yang berlanjut hingga tahun 2023. Saat itu, KFC Indonesia tercatat rugi sebesar Rp418,21 miliar.

Sebelumnya di tahun 2020 dan 2021 KFC Indonesia juga mengalami kerugian cukup besar. Jumlahnya mencapai Rp300,61 miliar dan Rp377,18 miliar.

Kerugian itu, menurut manajemen dalam laporan keuangan diakibatkan oleh dua hal. Pertama, proses pemulihan usaha akibat pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya optimal. Kedua, imbas situasi pasar seiring krisis timur tengah (Israel – Palestina). KFC Indonesia merupakan salah satu produk yang menjadi sasaran gelombang boikot di masyarakat.

“Kondisi itu sebagai dampak berkepanjangan dari pandemi COVID-19, di mana penjualan belum mencapai tingkat yang diharapkan, dan situasi pasar memburuk seiring dampak krisis Timur Tengah,” tulis manajemen PT Fast Food Indonesia Tbk dalam laporan keuangan.

Manajemen menambahkan, “Dua masalah tersebut telah berdampak negatif terhadap angka pendapatan grup untuk periode 9 bulan, yang berakhir pada 30 September 2024.”

Akibat kerugian yang berlipat-lipat itu, KFC Indonesia mau tidak mau harus melakukan efisiensi usaha. Caranya dengan menutup sejumlah gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan.

Masih dari laporan yang sama, per 30 September 2024 disebutkan, perusahaan hanya mengoperasikan sebanyak 715 gerai di seluruh Indonesia. Padahal, pada Desember 2023 masih terdapat 762 gerai. Itu artinya ada sebanyak 47 gerai telah ditutup dan dinyatakan tidak lagi beroprasi.

Sementara dari sisi jumlah pekerja, seluruh grup usaha FAST memiliki total 13.715 karyawan di seluruh Indonesia per 30 September 2024. Jumlah tersebut menurun drastis jika dibandingkan dengan data 31 Desember 2023 yang saat itu jumlah karyawan mencapai 15.989 orang.

Jika ditotal, telah terjadi pengurangan karyawan sebanyak 2.274 karyawan hanya dalam rentang waktu setahun.

Pemilik KFC Indonesia

Merujuk Annual Report FAST 2023, diketahui pemegang saham terbesar dari FAST saat ini adalah PT Gelael Pratama yang merupakan milik Keluarga Gelael. Keluarga konglomerat itu menguasai saham perusahaan sebesar 39,84 persen.

Adapun pemegang saham dominan lainnya yakni PT Indoritel Makmur Internasional Tbk atau DNET yang terafiliasi dengan Anthoni Salim (Grup Salim). Mereka menguasai saham sebanyak 35,84 persen.

Berikutnya ada PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. Perusahaan tersebut juga dikenal sebagai pemilik jaringan minimarket Indomaret yang memiliki saham sebesar 16,42 persen. Sisa saham lainnya sebesar 7,9 persen dimiliki oleh masyarakat (pemilik KFC).

Di pucuk jajaran direksi dan komisaris FAST, Grup Salim dan Keluarga Gelael menempatkan orang-orang terbaik mereka. Dari trah keluarga Gelael ada sejumlah nama. Sebut saja, Ricardo Gelael yang kini menjabat Direktur Utama FAST dan direktur lainnya yakni Fabian Gelael.

Sementara di jajaran komisaris perusahaan, keluarga Gelael juga menempatkan Elisabeth Gelael dan Noni Barki Gelael. Adapun dari pihak Grup Salim menempatkan Anthoni Salim sebagai Komisaris Utama FAST.

Sejarah KFC di Indonesia

Gerai pertama KFC Indonesia terdapat di Jalan Melawai, Jakarta Selatan pada Oktober 1979 . Gerai itu kemudian sukses hingga membuka cabang baru di sejumlah tempat, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar hingga Manado.

Dalam perkembangannnya, KFC Indonesia sempat memiliki 762 gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Papua.

Sejarah KFC di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Dick Gelael, seorang pengusaha yang lahir pada tahun 1934 dan dibesarkan di Tanah Abang.

Sejak tahun 1955, Dick telah tertarik untuk membangun bisnis swalayan. Lalu di tahun 1978, ia pun membeli izin pemegang merek tunggal KFC dari amerika untuk diboyong ke Indonesia.

Setahun setelahnya atau tahun 1979, restoran pertamanya buka di Jalan Melawai, Jakarta Selatan. Antusiasme masyarakat saat itu akan produk ayam goreng ternyata cukup besar. Masyarakat menggemari produk ayam goreng yang dibuat krispi.

Seiring waktu, Salim Grup mulai tertarik dengan KFC Indonesia. Ia lalu bergabung dengan membeli sebagian saham KFC Indonesia pada tahun 1990.

Keuangan perusahaan yang kian membaik, menjadi alasan bagi manajemen untuk memutuskan melantai di bursa pada tahun 1993.

Sejak saat itu, FAST terus melakukan pengembangan unit bisnis. KFC Indonesia telah berkontribusi besar dalam menjadikan menu ayam goreng, utamanya ayam tepung bumbu fried chicken, sebagai gaya hidup populer masyarakat hingga saat ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan