Qnews.co.id, JAKARTA – Jumlah warga terinfeksi wabah E. coli setelah mengonsumsi McDonalds terus bertambah. Data terbaru dari Quarter Pounders McDonald’s menunjukkan peningkatan dari sebelumnya 49 menjadi 75 orang, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada Jumat (26/10).
Kabar terakhir menyebutkan wabah E. coli telah menewaskan satu orang dari total 75 orang yang sakit. Hal itu, menurut para ahli keamanan pangan, menjadi pengingat tentang risiko kontaminasi yang bisa mengganggu jenis produk segar tertentu.
Sementara itu, dari 61 pasien yang informasinya tersedia, pihak regulator kesehatan AS mengungkapkan sebanyak 22 orang telah dirawat di rumah sakit. Dua dari mereka telah menunjukkan sindrom uremik hemolitik, suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Strain E. coli O157:H7 yang telah menyebabkan kematian satu orang dinilai sebagai penyakit yang sangat serius, terutama bagi orang tua, anak-anak, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Sementara itu, pihak McDonalds pada Rabu ( 23/10) menyebutkan jaringan burger terbesar di dunia itu, untuk sementara menghentikan penyajian Quarter Pounder di seperlima dari 14.000 restorannya di AS. Penghentian sementara dilakukan di lokasi yang terkena dampak, kata perwakilan McDonald’s.
Sejauh ini, temuan awal FDA menunjukkan bawang iris yang digunakan dalam Quarter Pounder kemungkinan merupakan sumber wabah dan dipasok oleh satu pemasok yang melayani tiga pusat distribusi McDonald’s.
Taylor Farms selaku pemasok utama McDonalds untuk lokasi yang terkena dampak telah memulai penarikan secara sukarela. Pihak perusahaan juga memastikan pemasok telah menarik beberapa kelompok bawang kuning yang diproduksi di fasilitas mereka di Colorado.
Hindari makanan mentah
Empat orang profesor yang merupakan ahli keamanan pangan menjelaskan bahwa mereka secara rutin menghindari buah dan sayuran mentah tertentu. Bagian-bagian seperti kecambah, sayuran salad dalam kemasan, dan melon selalu dihindari untuk dikonsumsi secara langsung.
Meskipun penyelidikan masih berlangsung, pejabat federal menduga bawang bombay yang sudah dicuci sebelumnya dan diiris tipis lalu disajikan mentah di Quarter Pounders McDonalds kemungkinan merupakan sumber wabah E. coli.
“Bagi mereka yang mengkhususkan diri dalam pencegahan penyakit bawaan makanan, berita tersebut bukanlah suatu kejutan,” ujar seorang pejabat federal.
Seorang profesor ilmu pangan dari Universitas Rutgers, Don Schaffner, mengungkapkan bahwa semakin banyak makanan ditangani dan diproses dalam perjalanannya dari pertanian ke restoran atau toko kelontong, semakin banyak peluang untuk memasukkan atau menyebarkan bakteri. Itu termasuk untuk kegiatan mengiris, mencuci terlebih dahulu, atau menambahkan bahan-bahan.
“Semakin banyak manipulasi yang Anda lakukan, tentu saja semakin banyak tempat untuk terjadinya kesalahan,” terang Schaffner.
Secara alami, saat buah dan sayuran disajikan mentah, tidak ada peluang untuk menghilangkan bakteri. Hal ini telah berkontribusi terhadap wabah E. coli yang di masa lalu terkait dengan produk pertanian, termasuk wabah pada tahun 2006 pada bayam muda yang telah dikemas dan mengakibatkan sedikitnya 200 orang sakit.
Selain itu, puluhan kasus E. coli dan penyakit bawaan makanan lainnya selalu dikaitkan dengan kecambah yang terkontaminasi. Bahkan melon dianggap mudah terkontaminasi patogen, termasuk salmonella dan listeria.
“Jika Anda melihat jumlah wabah dan penarikan kembali selama 15 tahun terakhir, kami biasanya melihat lebih banyak kasus E. coli terkait dengan produk pertanian,” ujar Darin Detwiler, profesor kebijakan regulasi pangan di Universitas Northeastern AS.
Meskipun ada insiden E. coli yang serius dalm beberapa dekade lalu — termasuk wabah hamburger Jack in the Box yang mengakibatkan ratusan orang sakit dan menewaskan empat orang di awal 1990an — perubahan pada peraturan federal dan pemahaman yang lebih baik tentang suhu memasak yang tepat sangat diperlukan. Hal itu untuk membunuh bakteri demi mengurangi kasus tersebut muncul kembali.