Makanan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Banyak Diharapkan Masayarakat

Presiden Prabowo Subianto

Qnews.co.id, JAKARTA – Program makanan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka banyak diharapkan masyarakat.

Hal tersebut sebagaimana hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dilakukan dari 26 September hingga 3 Oktober 2024 di semua provinsi di Indonesia dengan metode wawancara tatap muka (face-to-face interview) menggunakan kuesioner terhadap 1.200 responden.

Direktur SIGI LSI Denny JA, Ardian Sopa menyebut dalam survei tersebut tingkat kesukaan publik mencapai 74,9 persen terhdap program makan gratis Prabowo.

“Makan bergizi gratis diinisiasi Prabowo tercatat paling populer dalam survei, dengan tingkat kesukaan publik mencapai 74,9 persen,” kata Ardian dalam keterangan, Rabu (23/10).

Selain itu, Presiden Prabowo Subianto disebut sedang berada di puncak popularitas. Angka kesukaan publik terhadap Prabowo terus meroket.

Direktur SIGI LSI Denny JA Ardian Sopa menjelaskan, berdasarkan hasil survei, tingkat kesukaan responden terhadap Prabowo berada mencapai 90,5 persen per Oktober 2024, naik dari 83,5 persen pada Januari 2023 dan 82,7 persen pada Juli 2023.

Menurut Ardian, tingginya angka kesukaan tersebut tak hanya mencerminkan kecintaan dan harapan, namun juga sekaligus tantangan.

“Popularitas di sini bukan sekadar soal pengenalan publik, melainkan kesukaan,” ujarnya.

Sementara sejauh ini, tambah Ardian, kepercayaan terhadap lembaga pemerintah di atas 80 persen tercatat pada TNI, yakni 88,3 persen.

Dari sisi generasi, dirinya mengungkapkan hasil survei menunjukkan bahwa Generasi Z (di bawah 27 tahun) tercatat paling tinggi menyukai sosok Prabowo, yaitu sebesar 92,7 persen.

“Untuk milenial, tercatat sebanyak 90,8 persen yang menyukai Prabowo, generasi X sebanyak 89,9 persen, dan baby boomer sebanyak 89,3 persen,” kata dia menambahkan.

Untuk diketahui, margin kesalahan atau Margin of Error (MoE) dalam survei ini sebesar 2,9 persen. LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif berupa wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan analisis media untuk memperkuat analisa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan