Mengenal Kelompok Kemitraan Strategis BRICS dan Peluang Indonesia

Arsip - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan secara virtual pada pertemuan para Menteri Luar Negeri BRICS dengan negara-negara mitra di Cape Town, Afrika Selatan, Jumat (2/6/2023). Foto: Kemlu RI

Qnews.co.id, JAKARTA – Indonesia akhirnya menyampaikan keinginannya secara resmi untuk bergabung dengan blok ekonomi sejumlah negara berkembang bernama BRICS yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China, South Africa. Hal itu diutarakan Menteri Luar Negeri RI Sugiono saat mengikuti KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia.

Sugiono mengungkapkan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS sebagai perwujudan dari politik luar negeri nasional yang berdasar nilai bebas aktif. Hal itu disampaikan Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus yang berlangsung di Kazan, Rusia, Kamis (24/10) waktu setempat.

Bacaan Lainnya

“Bergabungnya RI ke BRICS bukan berarti Indonesia ikut kubu tertentu, melainkan ingin berpartisipasi aktif di semua forum,” ujar Sugiono dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (25/10).

Hal itu memperlihatkan bahwa Indonesia mengganggap BRICS sebagai sesuatu yang strategis, sebagai wadah yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bangsa bersama negara-negara Selatan Global (Global South) agar bisa berkembang dan maju bersama.

Adapun KTT BRICS Plus diadakan untuk mengangkat tema Penguatan Multilateralisme untuk Keamanan dan Pembangunan Global yang Adil.

Dan berikut sejumlah fakta penting tentang blok ekonomi baru yang disebut BRICS.

Sejarah awal
Rusia merupakan negara yang memprakarsai pembentukan BRICS. Pertemuan Tingkat Menteri BRICS pertama diadakan pada 20 September 2006 berkat usulan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.

Dalam pertemuan itu, beberapa menteri luar negeri dan pertahanan BRICS bersepakat untuk memperluas kerja sama multilateral.

Pada 16 Mei 2008, Kota Yekaterinburg menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS. Pertemuan itu menghasilkan Komunike Bersama yang mencerminkan pola pandang terhadap pembangunan global terkini.

Setahun kemudian, 16 Juni 2009 di Yekaterinburg, KTT BRICS pertama digelar disusul dengan keluarnya pernyataan bersama tentang tujuan bersama BRIC. Disebutkan tujuan mereka adalah untuk mempromosikan dialog dan kerja sama antar negara-negara secara bertahap, terbuka, proaktif, pragmatis dan transparan.

Afrika Selatan gabung 2011
Pada tahun 2011, negara Afrika Selatan (South Africa) memilih bergabung dengan blok tersebut. Hal itu membuat jumlah anggota BRIC bertambah. Untuk itu, huruf akronim nama blok tersebut diubah menjadi BRICS, dari yang sebelumnya BRIC.

Kemitraan strategis multidisiplin
Dalam perkembangannya, BRICS dikenal sebagai bagian kemitraan strategis multidisiplin yang terdiri atas tiga pilar: politik-keamanan, budaya dan hubungan kemanusiaan serta ekonomi-keuangan. Pada periode 2009-2016, sejumlah anggota BRICS berhasil menyusun sikap bersama untuk menanggapi berbagai persoalan regional di antaranya perang di Libya, Afghanistan, Suriah, dan program nuklir Iran.

Perluasan keanggotaan
Belakangan, keanggotaan blok kerja sama strategis itu telah diperluas dengan memberi kesempatan bagi Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab untuk bergabung pada Desember 2023. Berbeda dengan sebelumnya, yang berujung pada perubahan nama, pada pertemuan tersebut, kelompok ekonomi tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS. 

Jika di hitung-hitung, populasi penduduk BRICS secara akumulasi telah mencakup 43 persen populasi dunia. Adapun total nilai perdagangan BRICS mencapai 16 persen perdagangan global. Tak hanya itu, BRICS juga menyumbang seperempat dari total ekonomi global dan mencakup seperlima dari perdagangan dunia.

Indonesia ingin perkuat kerja sama
Sebagai utusan khusus presiden untuk KTT BRICS, Menlu Sugiono pada KTT BRICS Plus di Kazan menyampaikan pesan bahwa Indonesia merupakan negara dengan sikap soal antikolonialisme dan antipenindasan.

Pada kesempatan itu, Sugiono membawa pesan Presiden Prabowo Subianto yang mengusulkan tiga langkah penguatan kerja sama. Hal itu merupakan upaya penguatan kerja sama antara negara anggota BRICS dengan negara berkembang di kawasan selatan (Global Selatan).

Tiga langkah tersebut meliputi, menegakkan hak atas pembangunan, mereformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan selaras dengan realitas, serta menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas​​​​​​​ negara berkembang.

Kini Indonesia secara resmi diakui sebagai negara mitra BRICS bersama 12 negara lainnya saat KTT BRICS ke-16. Saat ini, sejumlah negara Asia Tenggara mitra BRICS meliputi Malaysia, Vietnam dan Thailand.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan