Qnews.co.id, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman optimistis target swasembada pangan dapat terwujud dalam waktu empat tahun masa pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
Salah satu alasannya, karena swasembada pangan pernah dijalankan dan berhasil dalam waktu tiga tahun.
“Kalau target beliau empat tahun, kami yakin. Sangat yakin itu bisa dicapai. Kenapa? Dulu kita pernah swasembada pangan, itu selama tiga tahun dan itu empat kali panen,” ujar Amran di Jakarta, Kamis (17/10).
Menurut Amran, komoditas beras akan menjadi fokus utama dalam menyukseskan swasembada pangan. Setelah beras berhasil, kata Amran, fokus swasembada komoditas berikutnya adalah jagung.
Saat ini, peningkatan produksi beras dan jagung harus dilakukan satu per satu atau tidak dikerjakan sekaligus. Hal itu diperlukan agar target swasembada pangan bisa terwujud.
“Selesaikan satu-satu. Yang paling utama adalah pangan. Pangan paling penting, paling utama beras. Kalau itu tidak ada, bisa bermasalah negeri ini,” terangnya.
Swasembada pangan merupakan salah satu misi yang terdapat dalam program Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Sejumlah program kerja yang akan dilakukan, di antaranya melanjutkan dan menyempurnakan program kawasan sentra produksi pangan (food estate) secara berkelanjutan, utamanya untuk komoditas padi, jagung, singkong, kedelai, dan tebu.
Ditargetkan minimal empat juta hektare tambahan luas panen tanaman pangan akan tercapai pada tahun 2029.
Sementara itu, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengingatkan pemerintahan mendatang untuk menciptakan pertanian yang terarah. Pasalnya dengan pertanian yang terarah merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan target swasembada pangan.
Menurut Khudori, pertanian saat ini belum terarah karena banyaknya petani yang masih suka menanam komoditas berdasarkan tren. Padahal mereka sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan pasar.
Akibatnya, ketika panen tiba, harga komoditas tersebut anjlok. Hal itu terjadi seiring dengan kondisi pasokan yang berlebih.
“Petani itu seperti jalan sendiri-sendiri. Kalau ada info komoditas tertentu sedang bagus, biasanya semua petani langsung menanamnya. Setelah panen berbarengan, harganya langsung hancur,” terang Khudori.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Khudori meminta pemerintahan mendatang agar melakukan perencanaan yang matang dalam setiap kegiatan pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan.
Pemerintah, kata Khudori, perlu membuat kebijakan terkait dengan aturan pola tanam, termasuk menetapkan komoditas yang perlu ditingkatkan produksinya.
Tak berhenti disitu, petani, kata Khudori, perlu memiliki akses terkait permintaan pasar. Dengan begitu mereka bisa menentukan komoditas apa yang hendak ditanam dan berapa jumlahnya.