Waspada, Kualitas Udara Jakarta Senin Terburuk Kedua Dunia

Arsip foto - Foto udara pemukiman penduduk tertutup polusi udara di Jakarta, Jumat (6/10/2023). Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Jumat (6/10/2023), indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 133 atau masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 48 mikrogram per meter kubik. Foto: ANTARA

Qnews.co.id, JAKARTA – Mengejutkan, kualitas udara di Jakarta pada Senin (16/9) pagi masuk pada kategori tidak sehat. Akibatnya, kota global itu menduduki peringkat kedua sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

Data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.30 WIB menunjukkan indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 148 atau masuk dalam kategori tidak sehat. Hal itu ditandai dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 54,5 mikrogram per meter kubik.

Bacaan Lainnya

Angka itu menunjukkan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif. Hal itu juga bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Menyikapi situasi tersebut, disarankan bagi masyarakat untuk menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan sebaiknya gunakan masker dan tutuplah jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

Adapun kategori sedang ketika kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan, namun berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Berikutnya, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Dari data IQAir, kota dengan kualitas udara terburuk di urutan pertama yaitu Lahore, Pakistan di angka 176, urutan ketiga Delhi, India di angka 132. Kemudian di urutan keempat Tashkent, Uzbekistan dengan angka 132, urutan kelima Dubai, Uni Emirat Arab di angka 132, dan urutan keenam Kuching, Malaysia di angka 117.

Sejauh ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU). SPKU tersebut disebar di sejumlah titik di wilayah Jakarta.

Data dari SPKU kemudian dikumpulkan untuk dianalisis, sebelum ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dilakukan Pemprov Jakarta sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada yang disesuaikan dengan standar yang berlaku secara nasional.

Laman IQAir juga menampilkan data dari 31 SPKU di ada di Jakarta. IQAir mengintegrasikan data SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan