Akhir Pekan, IHSG Ditutup Menguat Dipimpin Saham Sektor Teknologi

Pekerja melihat gawainya di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Foto: ANTARA

Qnews.co.id, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat 13,97 poin atau 0,18 persen ke posisi 7.812,12 pada Jumat (13/9) sore. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 0,87 poin atau 0,09 persen ke posisi 959,35.

Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya menyebut penguatan dipimpin oleh saham- saham sektor teknologi.

Bacaan Lainnya

Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG terlihat betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor menguat, dipimpin sektor teknologi sebesar 4,09 persen, diikuti oleh sektor kesehatan dan sektor barang konsumen non primer yang masing-masing naik sebesar 0,76 persen dan 0,58 persen.

“Sedangkan, lima sektor menurun yaitu sektor energi turun paling dalam minus 0,75 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor properti yang masing- masing turun sebesar 0,49 persen dan 0,40 persen,” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, Jumat (13/9).

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu PKPK, KMDS, MLPT, TFAS dan FPNI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni HOMI, SMLE, SRTG, KARW dan LABA.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.120.997 kali transaksi. Adapun jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 25,46 miliar lembar saham senilai Rp27,54 triliun.

“Sebanyak 244 saham naik 328 saham menurun, dan 225 tidak bergerak nilainya,” terangnya.

Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas, pelaku pasar melihat peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, naik menjadi 87 persen pascarilis data PPI dari 50 persen beberapa hari yang lalu.

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan menjadi yang pertama dalam lebih dari empat tahun, karena The Fed selama ini lebih fokus pada perang melawan inflasi,.

Data Producer Price Index (PPI) Amerika Serikat (AS) memperlihatkan inflasi di level produsen naik 0,2 persen month to month (mtm) pada Agustus 2024. Itu setelah tidak tumbuh (0 persen (mtm)) pada Juli 2024, dan lebih tinggi dari ramalan pasar naik sebesar 0,1 persen (mtm).

Secara tahunan, indeks PPI tumbuh melambat menjadi 1,7 persen year on year (yoy), atau terendah dalam enam bulan, dari 2,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya dan lebih rendah dari ekspektasi pasar 1,8 persen (yoy).

Inflasi Inti naik 0,3 persen (mtm) atau 2,4 persen (yoy), setelah turun 0,2 persen (mtm) atau 2,3 persen (yoy) pada Juli 2024, dan lebih tinggi dari ramalan pasar yang naik 0,2 persen (mtm) dan 2.5 persen (yoy).

Dari pasar tenaga kerja AS, data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah orang untuk pertama kali mencairkan tunjangan pengangguran bertambah 2.000 pada pekan lalu menjadi 230.000, Hal itu sejalan dengan estimasi pasar dan memberikan sinyal bahwa jumlah Pemutusan Hubungan kerja (PHK) tetap rendah meskipun pasar tenaga kerja secara keseluruhan sedang mengalami perlambatan.

“Kombinasi antara pasar tenaga kerja yang stabil dan tingkat inflasi yang masih cukup tinggi menggerus peluang The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada pekan depan,” tulisnya.

Sementara itu, bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 251,50 poin atau 0,68 persen ke 36,581,80. Lalu indeks Hang Seng menguat 128,69 poin atau 0,75 persen ke 17.369,08.

Berikutnya indeks Shanghai melemah 13,03 poin atau 0,48 persen ke 2.704,09, dan indeks Strait Times menguat 6,11 poin atau 0,17 persen ke 3.562,64.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan