Qnews.co.id – Korban tragedi maut akibat human error atau kelalaian yang dilakukan oleh seorang supir perusahaan expedisi PT Karya Marga Intinusa (KMI), tak kuat membendung air mata saat melihat kedua kakinya sudah tiada.
Dia adalah Eli Agustin wanita berusia 30 tahun yang dilindas oleh truck tronton wings box saat sedang duduk menunggu suaminya mengantri giliran isi bensin di SPBU wilayah Cibitung.
Kesedihan yang dibalut dengan rasa duka juga harus dirasakan oleh Eli Agustin. Sebab, truck tronton milik ekspedisi PT Karya Marga yang dikendarai oleh Suhanda berusia 61 tahun itu juga melindas putri kesayangannya.
Zea Nada Ayudisa, putri satu-satunya yang diharapkan bisa tumbuh besar dan membanggakan harus meninggal dunia dilokasi kejadian dengan kondisi yang mengenaskan pada tanggal 27 Agustus 2024.
Saat ini, Eli Agustin sudah tak bisa beraktivitas seperti biasa. Kehilangan kedua kaki membuat dirinya hanya bisa terbaring lemah diatas tempat tidurnya.
Keadilan yang sepadan tak kunjung datang. Pertanggung jawaban dari pihak perusahaan ekspedisi PT Karya Marga seperti melecehkan manusia.
Nyawa seorang anak dan harus kehilangan kedua kaki hanya dibayar Rp 50 juta. Bejatnya lagi, saat keluarga menolak karena nilai tersebut tak sepadan, pihak perwakilan perusahaan ekspedisi PT Karya Marga yang dipimpin oleh Direktur Budiyanto mengatakan, Eli Agustin dan keluarga tak bersyukur.
“Dari pihak perwakilan perusahaan bilang ini adalah sebuah musibah, jadi mereka memandangnya kita gak bersyukur dikasih uang Rp 50 juta,” kata Eli Agustin saat wawancara bersama awak media.
“Sekarang bukannya gak bersyukur ya, kita harus realistis karena kita butuh kedepannya seperti kaki palsu, seenggaknya aku juga punya usaha buat keuangan stabil lagi,” sambungnya.
Eli Agustin hanya minta pertanggungjawaban yang layak dari pihak perusahaan ekspedisi PT Karya Marga, untuk keberlangsungan masa depan keluarganya. Kehilangan nyawa dan kedua kaki jelas tak bisa dinilai dengan sebuah angka.
Beruntung Eli Agustin dan keluarga masih bisa lapang dada dengan meminta pertanggungjawaban yang sepadan, bukan anak dan istri pemilik perusahaan gantian dilindas dengan kejam.
“Aku juga maunya gak muluk-muluk tapi kalau diangka segitu aku ngerasa seperti di lecehkan banget sebagai manusia,” tegas Eli Agustin.