Emas & Perak Tunjukkan Tren Naik, Dekati Level Resistensi Memicu Konsolidasi

Emas dan Perak menjadi dua komoditas yang paling stabil di pasar sejak ditemukan. Keduanya telah berfungsi sebagai aset lindung untuk jangka waktu lama. Foto: bettertrader.co

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis
Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengingatkan soal harga emas yang mengalami kenaikan lebih dari 30% sepanjang tahun ini. Hal itu dipicu oleh ketidakpastian geopolitik seperti konflik di Timur Tengah, pemotongan suku bunga oleh The Fed, serta pembelian besar-besaran oleh bank sentral, termasuk China, Turki dan India.

ETF GLD, kata Devin, mencerminkan kenaikan stabil yang sejalan dengan pergerakan harga emas fisik.

Bacaan Lainnya

“Saat ini, GLD berada dalam tren naik yang kuat, mencapai harga USD253,32, merupakan posisi tertinggi sepanjang masa,” ujar Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Senin (28/10).

Level resistensi utama berada di sekitar USD254, sementara support dapat ditemukan pada level USD240. Dengan RSI di 68,66, tren bullish masih berpotensi berlanjut karena belum memasuki zona overbought.

Namun, potensi konsolidasi atau penurunan tetap ada jika harga tidak berhasil menembus level resistensi ini. “Jika koreksi terjadi, GLD bisa bergerak menuju level support di sekitar USD240,” katanya.

Namun, ada juga risiko yang perlu diperhatikan, terutama terkait ketidakpastian ekonomi di AS, yang bisa mempengaruhi tren jangka pendek emas.

“Meskipun demikian, tren naik emas ini dapat berlanjut meskipun ada risiko penurunan sementara yang wajar dalam pergerakan jangka panjang yang lebih besar,” terang Devin.

Sementara itu, perak juga mencatatkan kenaikan tajam sepanjang tahun ini, dengan harga saat ini berada di sekitar USD30. Kenaikan itu sejalan dengan pergerakan harga emas, meskipun pergerakannya lebih fluktuatif akibat permintaan yang lebih rendah dan likuiditas yang lebih kecil dibandingkan emas.

Selain itu, rally perak juga dipengaruhi oleh permintaan industri, yang merupakan faktor penting dalam kenaikannya.

Saat ini, ETF SLV berada dalam saluran naik, dengan harga terbaru di USD30,63, mendekati batas atas saluran tersebut.

“Level resistensi terletak di sekitar Fibonacci extension di USD32, yang menjadi target potensial jika tren naik berlanjut, sementara support ada di batas bawah saluran sekitar USD28,” katanya.

RSI di level 62,22 menunjukkan momentum yang netral hingga sedikit bullish, mengindikasikan potensi kenaikan lebih lanjut. Namun, jika harga gagal menembus level USD32, ada kemungkinan koreksi menuju batas bawah saluran.

“Kesimpulannya, tren naik perak ini dapat terus berlanjut, tetapi konsolidasi atau koreksi sementara masih mungkin terjadi sebagai bagian dari tren naik jangka panjang,” papar Devin.

Berbeda dengan emas dan perak yang menunjukkan tren bullish makro, harga minyak justru mengalami penurunan tajam setelah serangan balasan Israel terhadap Iran tidak menargetkan infrastruktur minyak, yang mengurangi risiko gangguan pasokan dari Timur Tengah.

Akibatnya, harga minyak Brent turun lebih dari 4% menjadi USD72,99 per barel, sementara WTI jatuh ke USD68,81 per barel.

“Tren minyak saat ini lebih cenderung bearish, dipengaruhi oleh surplus pasokan dan lemahnya permintaan dari China,” katanya.

ETF USO mencerminkan penurunan serupa, tetapi saat ini berada dalam fase konsolidasi di dalam pola segitiga naik (ascending triangle), dengan harga terbaru di USD74,23. Pola itu menunjukkan potensi kenaikan jika harga berhasil menembus batas atas segitiga di sekitar USD79, yang bisa mengindikasikan pembalikan menuju tren naik.

Namun, RSI berada di level 52,04, menandakan momentum netral dengan tekanan naik yang terbatas. Jika harga gagal menembus batas atas segitiga, ada kemungkinan koreksi menuju level support di sekitar USD71.

Risiko lain yang dapat mempengaruhi minyak adalah lemahnya permintaan global, terutama dari China, yang akan memperkuat tren bearish makro.

“Kesimpulannya, pola segitiga naik ini bersifat jangka pendek dan tidak mengubah tren bearish makro minyak secara keseluruhan,” papar Devin.

Secara keseluruhan, pasar komoditas saat ini mengalami koreksi yang berbeda-beda tergantung pada komoditasnya.

Emas dan perak masih menunjukkan tren naik yang kuat, meski mendekati level resistensi yang dapat memicu konsolidasi atau penurunan sementara sebagai bagian dari pergerakan jangka panjang.

Sementara itu, minyak berada dalam tren bearish makro yang dipicu oleh berkurangnya risiko geopolitik dan lemahnya permintaan global, terutama dari China. Namun, ada potensi kenaikan jangka pendek pada USO jika harga berhasil menembus resistensi.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

Pos terkait

Tinggalkan Balasan