Hery Gunardi Hengkang ke BRI, Gimana Kabar Saham BSI

{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":["local"],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":false,"containsFTESticker":false}

Qnews.co.id – Performa gemilang Direktur Utama PT BSI Tbk Hery Gunardi dalam menakodai Bank Syariah Indonesia patut diacungi jempol.

Lewat tangan dinginnya, BSI berhasil menjadi bank syariah ke-9 terbesar dunia, terutama dari sisi kapitalisasi pasar dan tetap bertumbuh secara berkelanjutan sepanjang tahun 2024, yang tercatat dalam rapor biru kinerja perusahaan.

Bacaan Lainnya

Pencapaian tersebut juga membawa Hery Gunardi dinobatkan sebagai The Best Industry Marketing Champion 2024 – Commercial Banking Sector dalam 19th MarkPlus Conference 2025.

Di tahun 2025, BSI menargetkan bisa mengumpulkan aset senilai Rp 500 triliun, setelah pada Desember 2024 lalu BSI mampu mendaratkan nilai aset sebesar Rp 409 triliun.

Sebagai catatan, total aset BSI senilai Rp 408,61 triliun sepanjang tahun 2024. Realisasi ini tumbuh 15,55 persen secara tahunan dibandingkan pada 2023 senilai RP 353,62 triliun.

Hery Gunardi pun merasa percaya diri bisa meraih tambahan nilai aset sebesar Rp 94 trilun pada tahun 2025 agar bisa memenuhi target Rp 500 trilun.

Menurutnya, tambahan nilai aset tersebut bisa dicapai melalui program BSI Gold yang diyakini dapat mendorong pertumbuhan perusahaan melalui bisnis emas yang saat ini menjadi salah satu mesin penggerak utama perseroan. Tercatat, saat ini BSI memiliki cadangan emas sebesar 17,5 ton.

BSI Gold sendiri merupakan emas batangan eksklusif berlogo BSI yang bersertifikat Standar Nasional Indonesia (NSI) dengan karat 99,9 persen.

BSI Gold memang cukup menjanjikan, sayangnya hingga memasuki bulan ketiga pada tahun 2025, saham BSI terus mencatatkan penurun yang signifikan.

Tercatat pada perdagangan Jumat (21/3) krmaren, saham BSI ditutup melemah diangka 4,59% ke level Rp 2.080 per saham.

Dengan demikian, Saham BSI secara year to date (YTD) telah anjlok 25,18% sejak berada di level tertingginya sekitar Rp 3.350 per saham. Secara ytd investor asing juga mencatat net sell atau jual bersih pada saham BSI di reguler market Rp 188,83 miliar.

Namun disaat saham BSI sedang anjlok, mencuat sebuah kabar nama Direktur Utama BSI, Hery Gunardi menjadi kandidat kuat Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang kini dijabat oleh Sunarso.

Mencuatnya informasi tersebut sehubungan dengan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS) yang digelar Bank Milik Negara pada tanggal 24-26 Maret 2025.

Jika kabar tersebut nantinya benar terealisasi dalam RUPS, apakah informasi soal saham masih menjadi perhatian publik ? Atau lebih menarik membahas soal kepindahan Hery Gunardi menjadi direktur utama BRI ?

Positifnya, kepiawaian Hery Gunardi saat memimpin BSI bisa menyelamatkan posisi saham BRI yang saat ini terus menunjukkan penurunan secara signifikan atau kepindahan Hery Gunardi ke BRI lantaran hilangnya rasa kepercayaan diri dalam membawa BSI mencapai targetnya pada tahun ini.

Pasalnya, saham BSI diprediksikan bakal tambah anjlok jika rencana Muhammadiyah yang akan mendirikan bank syariah sendiri dapat terealisasi. Sebab, akan ada resiko penarikan dana dari BSI senilai Rp 13 triliun. Isu tersebut sempat muncul pada 2024 lalu.

Pada RUPS nanti, bank milik negara tersebut akan membahas soal penurunan kinerja harga saham sepanjang tahun 2024. Seperti BRI yang tercatat melemah sebesar 10,29%.

Meski begitu, Saham BRI berpotensi bagikan dividen final dengan tingkat dividend yield terkecil. Dengan perkiraan dividend payout ratio sebesar 85%, BRI hanya akan bagikan dividen final senilai Rp204 per saham. Dengan harga perdagangan 20 Maret 2025, berarti dividend yield BRI sekitar 5,57%.

Namun, hal itu disebabkan sebelumnya BRI sudah bagikan dividen interim senilai Rp135 per saham. Jika diakumulasikan dengan dividen interim, total dividen mencapai Rp339 per saham, dan tingkat dividend yield total sekitar 9,26%.

Tantangan dari saham BRI adalah kinerjanya yang berpotensi masih melambat di 2025. Alasannya, perseroan bakal meningkatkan pencadangan untuk antisipasi kredit bermasalah.

Hasilnya, laba bersih BRI per Januari 2025 turun 58% menjadi Rp2 triliun.

Faktor penurunan laba bersih BRI didorong oleh beberapa faktor seperti:

Pertama, pertumbuhan kredit yang melambat. Secara year on year, pertumbuhan kredit BRI per Januari 2025 hanya naik 4,61 persen menjadi Rp1.209 triliun. Hasilnya, pendapatan bunga bersih BBRI turun 7,63% menjadi Rp8,92 triliun.

Kedua, anggaran pencadangan atau impairment BRI naik 188 persen menjadi Rp5,62 triliun. Kenaikan itu membuat laba bersih BRI tertekan signifikan menjadi turun 58%.

Kehadiran Hery Gunardi sebagai Direktur Utama BRI diharapkan mampu kembalikan harga saham Bank milik negara tersebut, melalui beberapa strategi yang dilakukannya.

Namun disisi lain, anggapan soal hengkangnya Hery Gunardi dari jabatan paling tertinggi di Bank BSI disaat sedang terjadi penurunan nilai saham juga menjadi pertanyaan banyak pihak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan