Ketegangan Geopolitik sebabkan Emas dan Minyak Alami Tren Bullish

Exchange-Traded Fund (ETF) GLD mencatat peningkatan yang ditandai dengan candlestick hijau, mencerminkan momentum bullish. Foto: Quotient Fund Indonesia

Qnews.co.id, JAKARTA — Analis
Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan kenaikan Emas (GLD) sangat signifikan, mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarahnya.

Exchange-Traded Fund (ETF) GLD mencatat peningkatan yang ditandai dengan candlestick hijau, mencerminkan momentum bullish.

Bacaan Lainnya

“Kenaikan itu terutama didorong oleh ketidakpastian geopolitik, terutama konflik yang memanas di Timur Tengah,” ujar Devin kepada Qnews.co.id, di Jakarta, Jumat (18/10)

Serangan Israel di Lebanon dan potensi respons dari Iran, kata Devin, turut memperburuk situasi, dan meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Selain itu, ketidakpastian terkait pemilihan presiden AS turut berkontribusi mendorong harga emas lebih tinggi.

Faktor lain yang berperan besar adalah kebijakan moneter global, di mana pelonggaran terus berlanjut. Federal Reserve diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga setelah pemotongan sebelumnya sebesar 50 basis poin.

Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah semakin memperkuat daya tarik emas sebagai alternatif investasi. Diperkirakan bahwa dengan berlanjutnya ketidakstabilan geopolitik dan pelonggaran kebijakan moneter, harga emas bisa meningkat lebih jauh ke depannya.

“Momentum bullish pada GLD diperkirakan akan terus berlanjut dalam jangka pendek,” tegasnya.

Berbeda dengan emas, ETF Perak (SLV) mengalami penurunan dengan candlestick merah yang mencerminkan tren bearish. Harga perak di pasar spot turun yang disebabkan oleh permintaan safe haven yang lebih rendah dibandingkan emas serta penurunan permintaan industri, khususnya di sektor energi.

Namun, potensi rebound dalam jangka panjang tetap ada karena permintaan industri terhadap perak, terutama dalam teknologi energi bersih, tetap kuat.

“Silver bukan hanya merupakan aset safe haven tetapi juga memiliki peran penting dalam industri, khususnya energi terbarukan,” katanya.

Permintaan ini diperkirakan akan memperkuat prospek pertumbuhan jangka panjang meski saat ini menunjukkan tren bearish.

“Jika ketidakpastian global berlanjut dan kebijakan moneter terus mendukung harga logam mulia, perak berpeluang menguat kembali. Meski tren bearish saat ini, prospek jangka panjang perak tetap optimis,” terangnya.

Sementara itu, harga minyak mentah, diwakili oleh ETF Minyak (USO) terus mencatat kenaikan, dengan candlestick hijau mencerminkan tren bullish. Kenaikan itu didorong oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama serangan Israel ke Lebanon dan potensi eskalasi dengan Iran, yang menambah kekhawatiran terkait gangguan pasokan minyak.

Selain itu, laporan terbaru dari EIA menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sebesar 2,2 juta barel, mendukung kenaikan harga.

Dalam jangka pendek, harga WTI diperkirakan akan bergerak dalam sekitar USD 67 hingga USD 75, tetapi eskalasi lebih lanjut dari konflik di Timur Tengah, terutama dengan Iran, dapat mengganggu pasokan dan mendorong harga lebih tinggi.

Namun, dalam jangka panjang, surplus pasokan minyak global, terutama dari OPEC+, serta lemahnya permintaan dari China, diperkirakan akan membatasi kenaikan harga lebih lanjut.

“China, sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, sedang menghadapi perlambatan ekonomi yang signifikan, yang dapat mengurangi permintaan minyak dalam jangka panjang,” ujarnya.

Secara keseluruhan, GLD dan USO saat ini menunjukkan tren naik (bullish), sementara SLV berada dalam tren turun (bearish).

Pergerakan harga ini terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah, kebijakan moneter global, dan dinamika ekonomi dari negara-negara besar seperti China dan AS.

“Sementara emas dan minyak mendapatkan keuntungan dari ketegangan geopolitik, potensi jangka panjang perak tetap terkait dengan permintaan industri, terutama di sektor energi terbarukan,” papar Devin

Investor harus terus memantau tren ini serta perkembangan konflik di Timur Tengah dan data ekonomi dari China untuk menilai peluang di pasar.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

Pos terkait

Tinggalkan Balasan