Konflik Timur Tengah Ciptakan Volatilitas Pasar Global

Ilustrasi - Kilang minyak dekat South Killingholme, North Lincolnshire, Inggris. Foto: commons.wikimedia.org

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik Israel dengan Iran, Hizbullah, dan Houthi, telah menciptakan volatilitas pasar global.

Hal itu, kata Devin, berpotensi mengganggu pasokan minyak dan mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas dan perak. Exchange-Traded Fund (ETF) seperti USO, GLD, dan SLV mencerminkan pergerakan harga tersebut.

Bacaan Lainnya

Minyak (USO) yang didasarkan pada harga minyak mentah WTI telah mengalami peningkatan signifikan di tengah kekhawatiran gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah.

“Serangan roket dari Iran ke Israel dan ancaman terhadap jalur pelayaran di Laut Merah telah menyebabkan lonjakan harga minyak. Selain itu, langkah Israel yang memperluas serangan ke Lebanon memperburuk ketidakpastian ini,” kata Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Kamis (10/10)

Setelah mengalami kenaikan yang signifikan baru-baru ini, harga minyak WTI kembali terkoreksi akibat kekhawatiran tentang penurunan permintaan dari China.

Penurunan itu, kata Devin, menunjukkan dampak geopolitik sering kali hanya sementara. Pada akhirnya pasar cenderung kembali fokus pada faktor-faktor fundamental seperti permintaan minyak global.

Selama ketegangan di Timur Tengah masih berlangsung, volatilitas di pasar minyak diperkirakan tetap tinggi. Pengurangan produksi oleh OPEC+ juga turut memperketat pasokan, memperpanjang tren kenaikan harga minyak.

“Namun, penguatan dolar AS dapat memberikan tekanan pada harga jika ketegangan geopolitik mulai mereda,” paparnya.

Sementara itu, emas (GLD) masih menjadi pilihan utama bagi investor saat ketidakpastian global meningkat, seperti saat ini dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Meskipun emas sering dipandang sebagai aset safe haven, GLD yang melacak harga emas, justru mengalami penurunan belakangan ini.

Faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut adalah kemungkinan meningkatnya imbal hasil obligasi AS serta melemahnya permintaan dari beberapa ekonomi besar.

“Faktor-faktor itu memberikan tekanan pada harga emas, meskipun ketegangan geopolitik di Timur Tengah masih berlangsung,” terang Devin.

Saat ini, performa GLD menunjukkan tren penurunan meskipun konflik di Timur Tengah biasanya memicu peningkatan permintaan akan emas sebagai aset safe haven.

Saat ini, faktor ekonomi seperti kenaikan imbal hasil obligasi AS dan pelemahan permintaan dari beberapa negara besar lebih dominan dalam memengaruhi harga emas.

“Kondisi itu menyebabkan penurunan harga GLD, meskipun ketidakpastian geopolitik terus meningkat,” ungkapnya.

Meskipun harga emas dalam GLD ETF saat ini menurun, ketidakpastian geopolitik dan risiko inflasi global tetap memengaruhi pasar. Dengan adanya berbagai faktor ekonomi, termasuk kebijakan suku bunga yang ketat dan tren inflasi yang meningkat, harga emas diperkirakan akan terus berfluktuasi.

“Dalam jangka panjang, ketegangan global dan inflasi yang terus meningkat akan memberikan dorongan lebih lanjut pada emas sebagai aset safe haven,” jelasnya.

Sementara itu, Perak (SLV) mendapat manfaat dari ketidakpastian global. Meskipun kenaikan harga perak tidak sekuat emas, permintaan sebagai aset safe haven serta penggunaannya dalam industri memberikan momentum positif.

Harga perak tetap stabil dengan sedikit kenaikan, didukung oleh permintaan industri dan posisinya sebagai aset safe haven. “Meskipun kenaikannya tidak sebesar emas, permintaan perak untuk penggunaan industri tetap menjadi pendorong utama,” ujarnya.

Perak memiliki prospek jangka panjang yang positif karena digunakan dalam berbagai sektor industri. Jika aktivitas industri global meningkat, ini akan memberikan dorongan lebih lanjut pada harga perak.

“Selain itu, jika ketegangan geopolitik terus berlanjut, permintaan perak sebagai aset safe haven kemungkinan akan meningkat,” katanya.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel, Iran, Hizbullah, dan Houthi, telah menyebabkan volatilitas pasar. Harga minyak yang dilacak oleh USO naik tetapi terkoreksi akibat kekhawatiran penurunan permintaan dari China.

Sementara itu, harga GLD (emas) turun karena kemungkinan naiknya imbal hasil obligasi AS dan melemahnya permintaan. SLV (perak) tetap stabil dengan sedikit kenaikan didorong oleh permintaan industri.

“Faktor geopolitik dan ekonomi global seperti suku bunga dan inflasi akan terus memengaruhi harga minyak dan logam mulia ke depan,” tandasnya.

*Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsultasi keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi hotline di 0811-1094-489.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan