Meski Ada Koreksi Harga, Tren Pasar Emas Naik Secara Keseluruhan

Harga emas telah mencapai rekor tertinggi tahun ini, menembus level tertinggi sepanjang masa. Foto: lp2m.uma

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian menjelaskan harga emas telah mencapai rekor tertinggi tahun ini, menembus level tertinggi sepanjang masa.

Namun, kenaikan itu diikuti oleh penurunan signifikan yang menyebabkan GLD turun dari 253,49 menjadi 250,87, menciptakan candle merah.

Bacaan Lainnya

“Penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung dari investor setelah lonjakan tajam sebelumnya,’ kata Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Kamis (24/10).

Meskipun demikian, tren pasar untuk emas tetap dalam arah naik secara keseluruhan, meskipun ada fluktuasi jangka pendek yang mencerminkan koreksi harga.

Faktor utama yang mendorong lonjakan harga emas, kata Devin, adalah ketidakpastian geopolitik, terutama konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah serta ketidakpastian menjelang pemilu AS.

“Emas tetap dianggap sebagai aset aman dan lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi,” terangnya. Selain itu, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed juga memperkuat permintaan emas, karena penurunan suku bunga cenderung melemahkan nilai tukar dolar.

RSI untuk emas (GLD) saat ini berada di 64,90, menunjukkan bahwa tren masih relatif kuat, meskipun mendekati wilayah jenuh beli (overbought).

“Kendati harga mengalami penurunan sementara, prospek jangka panjang tetap positif karena kondisi pasar global yang masih bergejolak, terutama akibat potensi kenaikan hutang dan stimulus ekonomi AS setelah pemilu,” paparnya.

Sementara itu, perak (SLV) mencatat lonjakan harga yang signifikan sepanjang tahun ini, mencapai Rp1 juta per kilogram di pasar domestik.

“Adapun kenaikannya lebih dari 33% tahun ini dan 12,5% dalam sebulan terakhir,” ujar Devin.

Namun, baru-baru ini ETF SLV mengalami penurunan dari 31,80 menjadi 30,71, membentuk candle merah, yang mencerminkan koreksi tajam setelah kenaikan sebelumnya.

Saat ini, tren pasar untuk perak tetap dalam arah naik dengan momentum kuat, didukung oleh permintaan industri dalam sektor elektronik, panel surya, dan semikonduktor.

“Permintaan yang terus tumbuh di sektor teknologi modern menjadi pendorong utama kenaikan harga,” tegasnya.

Penurunan suku bunga yang diantisipasi juga mendukung harga perak. RSI untuk SLV saat ini berada di 63,01, menandakan momentum yang masih kuat dan mendekati area overbought.

Meski demikian, hasil pemilu AS dapat mempengaruhi tren harga perak, terutama jika kebijakan Donald Trump lebih fokus pada bahan bakar fosil, yang dapat menurunkan prospek permintaan energi hijau.

“Namun, secara keseluruhan, tren perak diperkirakan akan tetap naik seiring dengan pemulihan industri di China dan peningkatan penggunaan dalam teknologi,” kata Devin.

Terakhir minyak (USO), dimana harganya mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Namun ETF USO mencatat pergerakan yang berbeda, turun dari 74,65 menjadi 73,55, tetapi dengan candle hijau, menandakan adanya upaya pemulihan dari penurunan sebelumnya.

Tren ini menunjukkan bahwa meskipun harga minyak mentah sedang mengalami tekanan, terdapat konsolidasi di pasar. RSI untuk USO saat ini berada di 50,02, menunjukkan kondisi netral dan potensi kenaikan lebih lanjut.

Penurunan harga minyak dipengaruhi oleh peningkatan inventaris minyak mentah di AS sebesar 5,5 juta barel, jauh melampaui ekspektasi. Peningkatan itu disebabkan oleh rebound impor minyak setelah badai dan aktivitas penyulingan yang meningkat setelah musim perawatan tahunan.

Sementara itu, ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah, terutama konflik yang melibatkan Israel dan Iran, meningkatkan risiko pasokan minyak.

“Konflik ini diperkirakan dapat berlangsung lama dan menciptakan risiko pasokan yang berkelanjutan, yang bisa mempengaruhi harga minyak global secara signifikan,” paparnya.

Selain itu, insiden yang melibatkan kapal tanker dark fleet Ceres I, yang terlibat dalam tabrakan dengan Hafnia Nile di Asia Tenggara hingga menyebabkan kedua kapal terbakar, menambah kekhawatiran tentang pasokan minyak yang tidak terdeteksi.

Setelah insiden tersebut, Ceres I mematikan transpondernya untuk menghindari deteksi dan saat ini sedang menuju China dengan muatan minyak yang dicurigai disanksi. Dampak dari pergerakan kapal tanker itu terhadap harga minyak global masih belum jelas.

“Tetapi hal ini memperkuat kekhawatiran tentang keamanan pasokan minyak, terutama di tengah situasi geopolitik yang semakin tegang di kawasan tersebut,” katanya.

Penguatan dolar AS juga turut menekan permintaan minyak global, karena transaksi minyak biasanya dilakukan dalam mata uang dolar, yang membuatnya lebih mahal bagi pembeli internasional.

Secara keseluruhan, pasar emas dan perak tetap menunjukkan tren kenaikan yang kuat karena ketidakpastian global, penurunan suku bunga, dan permintaan industri yang tinggi.

“Meskipun ada penurunan baru-baru ini pada GLD dan SLV dengan candle merah, momentum jangka panjang tetap mendukung, terlihat dari RSI yang mendekati wilayah overbought,” katanya.

Di sisi lain, USO mengalami penurunan harga namun dengan candle hijau, mencerminkan upaya pemulihan di tengah konsolidasi pasar. RSI untuk USO berada di posisi netral, menandakan potensi kenaikan lebih lanjut.

Investor di ETF GLD, SLV, dan USO dapat memanfaatkan kondisi ini sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik, termasuk ketegangan di Timur Tengah serta risiko pasokan minyak yang terkait dengan kapal tanker Dark Fleet.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

Pos terkait

Tinggalkan Balasan