Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan pasar global pada minggu ini tertuju pada keputusan Federal Reserve AS yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (0.50%) dengan peluang mencapai 59%.
“Langkah ini diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman, mendorong aktivitas ekonomi, dan berdampak pada harga komoditas seperti emas, perak, dan minyak,” kata Devin kepada Qnews.co.id, Senin (16/9).
Sementara emas dan perak mendapatkan dukungan sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Adapun harga minyak masih menghadapi tekanan akibat lemahnya permintaan dari China dan ketidakpastian global.
Pasar saham Asia bergerak hati-hati dengan volume perdagangan yang tipis akibat libur di beberapa negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia. Data ekonomi China yang lemah, termasuk penurunan output industri dan penjualan ritel, semakin menambah tekanan pada komoditas.
“Untuk mencapai target pertumbuhan 5%, pemerintah China mungkin perlu meningkatkan pengeluaran pada proyek infrastruktur, yang dapat mendongkrak permintaan perak dari sektor industri,” ujarnya.
Ketegangan geopolitik juga meningkat, termasuk peristiwa seperti upaya pembunuhan terhadap kandidat presiden AS, Donald Trump, ditengarai dapat mempengaruhi sentimen pasar dengan meningkatkan ketidakpastian dan mendorong permintaan aset aman seperti emas.
Selain itu, pertemuan bank sentral Jepang dan Inggris yang diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan mereka. Hal itu turut mempengaruhi ekspektasi ekonomi global.
“Data ekonomi penting dari AS, seperti penjualan ritel dan produksi industri, juga diawasi ketat karena dampaknya terhadap keputusan suku bunga Fed,” paparnya.
Volatilitas di pasar komoditas bervariasi, dimana emas cenderung stabil di 0,11, perak di 0,38, dan minyak di 1,29. Angka itu menunjukkan bahwa minyak lebih rentan terhadap perubahan pasar.
“Investor perlu memperhatikan volatilitas yang tinggi, terutama di sektor minyak, dan tetap waspada terhadap perubahan pasar yang cepat,” katanya.
Perubahan itu akan mempengaruhi pasar saham domestik dan nilai tukar rupiah di Indonesia. Penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS bisa melemahkan dolar AS, menguatkan rupiah, dan ikut berdampak pada ekspor-impor.
“Investor lokal perlu memperhatikan dampak pada harga komoditas seperti minyak dan emas, serta potensi volatilitas global yang bisa memengaruhi sentimen pasar domestik,” terangnya
Emas (GLD)
Pergerakan harga dan tren Emas terlihat naik (upward) setelah berhasil menembus channel bullish dan ditutup di luar dengan momentum kuat.
Indikator momentum relative strength index (RSI) menunjukkan tanda-tanda memasuki area overbought pada level 69,15. Ada zona resistensi cluster Fibonacci antara USD242,8 hingga USD243,7 yang berpotensi membatasi kenaikan lebih lanjut.
Pada faktor momentum, pemotongan suku bunga Fed meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Pelemahan dolar AS juga membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga mendukung tren naik.
“Ketegangan geopolitik, termasuk upaya pembunuhan terhadap Donald Trump, meningkatkan permintaan terhadap aset aman seperti emas,” ujarnya
Terkait prospek, kata Devin, investor perlu mewaspadai potensi pembalikan (reversal) yang bisa terjadi seawal Selasa (17/9) karena emas sedang mencapai zona overbought dengan resistensi Fibonacci yang kuat.
“Pemotongan suku bunga Fed minggu ini diharapkan meningkatkan volatilitas, yang dapat menyebabkan koreksi harga dari level tertinggi,” ungkapnya.
Perak (SLV)
Pergerakan harga dan tren perak cenderung naik (upward) setelah mengikuti emas dan keluar dari channel bearish dengan pola Descending Broadening Wedge. Indikator momentum RSI saat ini di 63,7, mendekati area overbought, dan kurang dari 7 poin untuk mencapai level tersebut.
“Resistensi kuat terlihat di zona USD28,90 hingga USD29,56, diperkuat oleh ekstensi Fibonacci di USD28,82.
Faktor momentum perak saat ini, selain dipengaruhi oleh kebijakan the Fed, pergerakan perak didorong oleh permintaan industri yang kuat dan ekspektasi stimulus tambahan di China untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Namun, data ekonomi yang lemah dari China akan membatasi kenaikan harga ini jika kondisi tidak membaik,” terang Devin.
Secara prospek, potensi pembalikan (reversal) dapat terjadi seawal Selasa (17/9) saat harga perak mendekati zona resistensi yang kuat ini.
“Target kenaikan berikutnya adalah zona resistensi dengan ekstensi Fibonacci, sementara target pullback berada di support pertama di USD25,3 dan support kuat antara USD24,30 hingga USD23,85,”paparnya.
Minyak (USO)
Pergerakan harga dan tren minyak saat ini cenderung menurun (downward) meskipun harga sedikit naik setelah keluar dari pola Descending Triangle. Indikator momentum RSI berada di 41,55, menunjukkan bahwa momentum turun masih dominan.
“Potensi resistensi berada di level USD73,7 dengan zona tambahan di USD70,55 hinggaUSD72,15,” katanya.
Untuk faktor momentum tidak bisa dilepaskan dari Badai Francine yang menyebabkan hampir seperlima produksi minyak dan lebih dari seperempat produksi gas di Teluk Meksiko tetap offline. Namun, permintaan yang lemah dari China memungkinkan peningkatan jumlah rig di AS, dan kekhawatiran akan resesi global membatasi momentum bullish.
Terkait dengan prospek, tren bearish masih berlanjut. Perhatian pada volatilitas dapat meningkat akibat pemotongan suku bunga Fed dan ketegangan seperti Libya.
“Ini bisa memicu lonjakan harga minyak, namun pergerakan turun tetap diantisipasi di sekitar area resistensi karena tren bearish masih mendominasi,” terang Devin.
Keputusan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga dan data ekonomi yang lemah dari China terus menjadi pendorong utama pergerakan pasar pada minggu ini.
Sementara emas dan perak menunjukkan tren naik sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian, minyak masih berada dalam tekanan turun karena permintaan yang lemah dan ketegangan geopolitik.
“Investor perlu tetap waspada terhadap volatilitas pasar dan perubahan kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi tren komoditas ini dalam jangka pendek,” pungkasnya.
*Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489