Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan harga minyak mentah AS (WTI) dan Brent berhasil pulih hampir 2% setelah penurunan tajam 7-8% minggu sebelumnya.
“Rebound ini didorong oleh stimulus ekonomi China melalui pemangkasan suku bunga pinjaman acuan dan potensi gangguan pasokan dari Timur Tengah akibat konflik Israel-Iran,” kata Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Selasa (22/10).
Meskipun demikian, ETF minyak seperti USO masih menunjukkan tren menurun akibat ketidakpastian permintaan minyak global, terutama dari China, serta potensi peningkatan pasokan oleh OPEC+.
Surplus pasokan yang diprediksi pada 2025 juga menambah tekanan. USO sempat menembus pola ascending triangle, mengindikasikan momentum bearish, namun kini mulai naik dan memasuki fase konsolidasi.
“Ini menunjukkan upaya pasar menemukan keseimbangan baru. Jika momentum ini berlanjut, ada potensi bagi USO untuk kembali menguji level resistance sebelumnya,” jelasnya.
Sementara itu, Emas (GLD) mencatatkan rekor tertinggi dengan kenaikan sekitar 40% dalam setahun terakhir, didorong oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan pemotongan suku bunga oleh bank sentral global.
“ETF GLD yang mencerminkan harga emas, baru saja mencapai all-time high dan masih akan terus naik,” jelasnya.
Namun, terjadi koreksi, dengan GLD turun dari 253,14 ke 251,23. Meskipun demikian, emas tetap dilihat sebagai aset aman, terutama menjelang pemilu Presiden AS pada 5 November antara Kamala Harris dan Donald Trump.
“Tren harga emas masih cenderung meningkat, didukung oleh ekspektasi pemotongan suku bunga lebih lanjut dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral,” jelasnya.
Berikutnya Perak (SLV). Saat ini, perak mengalami kenaikan signifikan, didorong oleh permintaan sektor teknologi seperti elektronik dan sel fotovoltaik, serta dampak positif dari kenaikan harga emas.
“Tren harga perak terus meningkat, didukung oleh permintaan fisik yang kuat dan ketidakpastian sektor keuangan AS yang mendorong investor beralih ke perak sebagai aset aman,” katanya.
Potensi keruntuhan sistem perbankan AS akibat kenaikan suku bunga yang lebih tinggi juga memperkuat momentum kenaikan harga perak.
“Namun, ETF SLV saat ini memasuki fase konsolidasi setelah kenaikan signifikan, menandakan upaya pasar menemukan keseimbangan harga setelah momentum bullish sebelumnya,” jelas Devin.
Hal itu menunjukkan pasar komoditas saat ini masih dipengaruhi oleh berbagai faktor global, termasuk kebijakan ekonomi China, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan ketidakpastian di sektor keuangan AS.
Minyak masih menghadapi tekanan dari surplus pasokan dan lemahnya permintaan, sementara emas dan perak tetap diminati sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global.
Sementara bagi investor, perlu memperhatikan perkembangan kebijakan moneter global dan dinamika geopolitik.
“Karena kedua faktor ini akan terus mempengaruhi pergerakan harga komoditas di masa mendatang,” tandasnya.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489