Pelemahan Dolar dan Ketidakpastian Ekonomi Global Dorong Kenaikan Emas dan Perak

Pasar komoditas global, khususnya emas (GLD), perak (SLV), dan minyak (USO), masih terus menarik perhatian di tengah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik. Foto: Quotiont Fund Indonesia

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan pasar komoditas global, khususnya emas (GLD), perak (SLV), dan minyak (USO), masih terus menarik perhatian di tengah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik.

“Kenaikan harga emas dan perak didorong oleh pelemahan dolar AS dan ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve,” ujar Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Rabu (18/9).

Bacaan Lainnya

Ia menambahkan, “sementara itu, harga minyak menunjukkan tanda-tanda pemulihan meski volatilitas pasar masih tinggi.

Saat ini, komoditas emas (GLD), kata Devin, menunjukkan pergerakan yang mendekati $238, tepat di bawah level resistensi yang sebelumnya menjadi penghalang kuat.

“Kenaikan harga emas telah mencapai hampir 25% sepanjang tahun ini, dan dalam 1 tahun terakhir, kenaikan mencapai 34%,”ujarnya.

Jika level resistensi dapat ditembus, ada potensi kenaikan lebih lanjut. “Namun, apabila gagal, harga mungkin kembali menguji level support yang lebih rendah,” tegas Devin.

Untuk faktor kenaikan harga emas terutama didukung oleh pelemahan nilai dolar AS dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga.

Selain itu, faktor-faktor lain seperti ketegangan geopolitik dan situasi pemilu AS juga meningkatkan minat investor dalam investasi emas melalui ETF.

“Jika level resistensi berhasil ditembus, momentum bullish kemungkinan besar akan terus berlanjut,” paparnya.

Oleh sebab itu, dalam jangka waktu 18 hingga 24 bulan ke depan, harga emas diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai sekitar $2,640 per ons, terutama jika kebijakan moneter Federal Reserve tetap longgar.

“Potensi keuntungan diperkirakan berada di sekitar 13% di 2025,” tegas Devin.

Sementara itu, untuk komoditas Perak (SLV), pergerakan harga yang terpantau melalui iShares Silver Trust (SLV), menunjukkan formasi teknikal yang mengindikasikan potensi pergerakan besar dalam waktu dekat.

“Meskipun harga perak telah mengalami penurunan sementara, tren jangka panjang tetap menunjukkan peluang kenaikan,” ujarnya.

Adapun faktor pendorong utama kenaikan harga perak sejalan dengan emas, termasuk pelemahan dolar AS dan ketidakpastian dalam ekonomi global.

Arus modal spekulatif dari investor barat juga turut mendukung kenaikan harga, meskipun aksi ambil untung dalam jangka pendek bisa terjadi.

“Jika harga berhasil melanjutkan tren naik, perak bisa mengalami kenaikan signifikan,” papar Devin.

Seiring peningkatan permintaan terhadap aset safe-haven dan pelemahan dolar AS, diharapkan akan mendorong harga perak naik lebih lanjut. Hanya saja, investor perlu waspada karena perak sering kali bergerak mengikuti tren emas.

“Meskipun demikian, prospek jangka panjang perak masih positif, terutama di tengah situasi pasar yang fluktuatif secara global,” jelasnya.

Terakhir, komoditas minyak (USO). Menurut Devin, pergerakan harga minyak mentah, yang diwakili oleh ETF United States Oil Fund (USO) menunjukkan adanya penguatan setelah menyentuh level di sekitar $70.

“Tren keseluruhan masih cenderung menurun, tetapi terdapat tanda-tanda awal pemulihan harga,” katanya.

Adapun faktor pendorong harga minyak lebih didominasi oleh perubahan fundamental global, termasuk ketidakpastian pasokan dan ketegangan geopolitik.

Selain itu, pelemahan dolar AS juga mendorong harga minyak, meskipun permintaan global, khususnya dari China, masih berpotensi menekan kenaikan harga lebih lanjut.

“Spekulasi di pasar energi turut berkontribusi terhadap volatilitas harga,” ujarnya.

Meskipun ada tanda-tanda pemulihan harga, Devin mengingatkan, volatilitas masih tinggi karena ketidakpastian eksternal. Jika permintaan global tetap stabil dan negara-negara penghasil minyak melakukan pengurangan produksi, harga minyak dapat pulih dalam jangka pendek hingga menengah.

“Namun, investor tetap perlu memperhatikan risiko yang berasal dari faktor geopolitik dan ekonomi global,” paparnya.

Secara keseluruhan, kata Devin, pelemahan dolar AS dan ketidakpastian ekonomi global masih terus menjadi pendorong utama tren kenaikan GLD dan SLV. Meski ada potensi aksi ambil untung dalam jangka pendek, prospek kenaikan lebih lanjut masih terbuka, terutama jika the Fed melanjutkan kebijakan pemotongan suku bunga.

Di sisi lain, USO mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tetapi faktor eksternal masih mempengaruhi volatilitas pasar minyak.

“Investor logam mulia dapat mempertimbangkan akumulasi pada saat koreksi harga, sementara investor di pasar minyak perlu berhati-hati dalam menghadapi dinamika volatilitas pasar energi yang bergejolak,” tandasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan