Pemerintahan Prabowo-Gibran Harus Serius Atasi Polusi Udara

Gedung-gedung tinggi di Jakarta dan Monumen Nasional tertutup kabut asap akibat polusi udara. Kualitas udara di Jakarta makin buruk akibat lalu lintas polusi dan pembangkit listrik tenaga batu bara di sekitar Jakarta. Foto: greenpeace

Qnews.co.id, JAKARTA – Co-Founder Yayasan Udara Anak Bangsa atau Bicara Udara Ratna Kartadjoemena mengingatkan pemerintahan mendatang agar melakukan aksi nyata dalam menangani polusi udara yang kian memprihatinkan.

Ratna juga mendorong pemerintahan Prabowo-Gibran melakukan edukasi terhadap masyarakat, termasuk advokasi kepada para pemangku kepentingan agar persoalan polusi udara menjadi isu prioritas nasional.

Bacaan Lainnya

“Pemerintahan yang akan datang diharapkan melakukan langkah-langkah konkret dalam 5 tahun ke depan karena jika tidak dilakukan, ambisi pertumbuhan ekonomi Indonesia 8 persen menjadi sulit tercapai” ujar Ratna saat berbicara dalam forum Indonesia International Sustainibility Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Sabtu (7/9).

Senada, Dirgayuza Setiawan, editor buku “Strategi Transformasi Bangsa Prabowo Subianto” dalam forum yang sama mengingatkan tentang ancaman kualitas sumber daya manusia jika polusi udara tidak segera dibenahi.

Baca juga: Laga Ekshibisi Luna Maya vs Eugenie Bouchard Gairahkan Olahraga Tenis di Indonesia

“Indonesia tidak bisa mencapai ekonomi dengan produktivitas tinggi jika mengancam polusi udara mengancam kualitas SDM Indonesia,” terangnya.

Apalagi, kata Dirgayuza, usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini hanya 68 tahun. Angka tersebut masih cukup jauh di bawah rata-rata global.

“Singapura saja angka harapan hidupnya mencapai 83 tahun. Kondisi ini berpotensi memburuk jika tingkat polusi udara tetap tinggi,” ujarnya.

Hal itu diperkuat dengan data polusi udara di Indonesia yang dipaparkan dalam Indonesia International Sustainibility Forum (ISF) 2024.

Baca juga: 20 Tahun Kasus Munir, Kawal Komnas Ham Cari Dalang Pembunuhan

Faktanya begitu mencengangkan. Misalnya data BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa antara 2018 hingga 2022, penyakit pernapasan yang disebabkan polusi udara telah menghabiskan biaya mencapai Rp18 triliun.

Hal itu menunjukkan polusi udara tidak hanya berdampak bagi kesehatan masyarakat, namun juga membebani ekonomi secara signifikan.

Karena itu, menjadi wajar jika masalah polusi udara menjadi sorotan utama pada sesi tematik terkait kualitas udara dalam ISF 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Baca juga: Kasus Curanmor Meningkat, Polres Metro Tangerang Bentuk Tim Khusus

Belajar dari kota-kota maju dunia

Pemerintahan Prabowo-Gibran bisa belajar dari banyak negara di dunia yang telah berhasil mengimplementasikan praktik baik untuk mengatasi masalah polusi udara.

Kopenhagen, Denmark, misalnya. Kota itu berhasil melakukan transformasi besar-besaran dalam sistem transportasi. Caranya dengan berinvestasi pada sektor infrastruktur sepeda dan pejalan kaki. Tak hanya itu, mereka juga mengembangkan sistem transportasi umum yang efisien dan nyaman.

Kopenhagen kini dikenal sebagai kota dengan tingkat penggunaan sepeda tertinggi di dunia. Hal itu secara signifikan mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan raya sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca.

Di London, Inggris juga serupa. Pemerintahnya berhasil menerapkan kebijakan zona ultrarendah emisi (ultra low emission zone) di pusat kota. Kendaraan yang tidak memenuhi standar emisi tertentu dikenakan biaya lebih tinggi untuk masuk ke zona tersebut. Selain itu, London juga memperluas jaringan transportasi umum dan mendorong penggunaan sepeda.

Baca juga: Ekuitas Minimum, OJK: 7 dari 147 PP Belum Penuhi Kewajiban

Adapun di Paris, Prancis, pemerintahnya mengambil langkah berani dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Mereka berhasil membatasi lalu lintas kendaraan pada akhir pekan di pusat kota dan menyediakan lebih banyak ruang bagi pejalan kaki dan pesepeda. Tak berhenti disitu, Paris juga berinvestasi pada transportasi umum yang ramah lingkungan.

Sedangkan di Mexico City yang pernah dicap sebagai kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia, kini, melalui berbagai upaya berhasil membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Pemerintah juga berhasil meningkatkan kualitas bahan bakar, hingga menutup pabrik yang tidak memenuhi standar lingkungan. Dampaknya, kualitas udara di kota itu berubah drastis menjadi lebih baik.

Praktik baik itu menjadi pelajaran penting tentang perlunya perubahan dalam pola transportasi, mulai dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum, sepeda, dan berjalan kaki. Hal tersebut menjadi kunci penting untuk mengurangi polusi udara.

Baca juga: Timnas Indonesia Kuda Hitam di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia

Selain itu, meningkatkan kualitas bahan bakar kendaraan telah mampu mengurangi emisi gas buang secara signifikan. Pun, mengatur dan mengawasi industri untuk memastikan mereka memenuhi standar lingkungan yang ketat.

Berikutnya, penting untuk meningkatkan ruang terbuka hijau agar membantu menyerap polutan sehingga kualitas hidup warganya semakin baik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan