Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Regen Lee menyebut harga emas (GLD) mengalami penurunan pada hari Selasa (8/10) kemarin.
“Penyebab utama penurunan itu adalah penguatan dolar AS, membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya,” ujar Regen kepada Qnews.co.id, Rabu (9/10)
Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi AS juga mengurangi minat investor terhadap emas. Ekspektasi penurunan suku bunga AS yang kian rendah akibat data ekonomi AS yang menguat dari perkiraan turut menekan harga emas.
Meskipun ada potensi peningkatan permintaan emas sebagai aset aman (safe haven) akibat konflik global, pengaruhnya saat ini masih terbatas.
Investor saat ini, kata Regen, fokus pada data ekonomi AS dan pernyataan pejabat Federal Reserve. Hal itu penting untuk melihat arah pergerakan harga emas selanjutnya.
Sementara itu, harga perak (SLV) turun 3,3% pada Selasa (9/10) di tengah menguatnya dolar AS. Adapun USDIDX mengalami kenaikan hampir 0,08% hari ini, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS dalam 10 tahun telah memperpanjang kenaikan lebih dari 1 bps menjadi 4,035%. Angka itu mencapai level yang belum pernah terlihat sejak akhir Juli.
“Pasar sepenuhnya memperkirakan sekarang hanya satu pemangkasan suku bunga Fed tahun ini, sebesar 25 bps,” katanya.
Anggota Fed Kugler menuturkan, jika data inflasi (laporan CPI AS bulan September) dijadwalkan pada Kamis (10/10) pukul 13:30 BST tidak menunjukkan perbaikan. Karena itu, normalisasi yang melambat dinilai akan tepat.
Sebelumnya, mengutip Financial Times, Fed Williams mengungkapkan, pemotongan suku bunga bulan September bukanlah pedoman masa depan.
Senada, CEO JP Morgan Jamie Dimon menjelaskan, hari ini soft landing memang terlihat sulit. Tetapi ia berharap hal itu akan terjadi pada kali ini, meskipun tidak ada jaminan.
Selanjutnya minyak mentah (USO), persediaannya di AS melonjak 10,9 juta barel pada minggu yang berakhir 4 Oktober. Angka itu jauh di atas perkiraan 1,95 juta barel, menurut The American Petroleum Institute.
Meskipun harga minyak turun tajam, kata Regen, persediaan minyak mentah dunia hanya menurun 5 juta barel sepanjang tahun ini. Department of Energy AS melaporkan peningkatan 0,3 juta barel di cadangan minyak strategis, sementara WTI dan Brent turun drastis di tengah kekhawatiran pasokan dan permintaan yang melemah dari Tiongkok.
Sementara itu, persediaan bensin turun 557.000 barel, dan persediaan minyak sulingan merosot 2,59 juta barel, dengan persediaan Cushing naik sebesar 1,359 juta barel.
“Hal ini merupakan salah satu faktor ETF minyak bumi dengan symbol USO turun sebanyak 4.31% dalam sesi Selasa (8/10) kemarin,” tandasnya.