Qnews.co.id – Muji Handoyo hanya bisa berlapang dada setelah masa depan keluarganya yang diharapkan penuh dengan kebahagiaan harus sirna seketika, direnggut oleh peristiwa maut.
Suasana canda tawa yang selalu menghiasi rumah tangga saat ini hanya tinggal menyisakan sebuah cerita berderai air mata dengan rasa duka yang cukup dalam.
Tragedi maut yang terjadi akibat human error atau kelalaian yang dilakukan oleh seorang supir dari perusahaan expedisi PT KM bernama Suhanda, membuat hidup Muji Handoyo dan keluarga tak lagi berwarna.
Redup tanpa gairah hidup setelah Zea Nada Ayudisa, putri satu-satunya yang diharapkan bisa tumbuh besar dan membanggakan harus meninggal dunia dengan kondisi yang mengenaskan di sekujur tubuh.
Zea harus meninggal dilokasi setelah dengan kejam dilindas oleh truck tronton wings box milik ekspedisi PT KM yang dikendarai oleh supir berusia 61 tahun saat sedang duduk menunggu antrian isi bensin di wilayah Cibitung.
Selain kehilangan sang peri kecil, tragedi maut yang terjadi pada tanggal 27 Agustus 2024 itu juga membuat istri tercinta bernama Eli Agustin harus kehilangan kedua kakinya.
7 bulan telah berlalu. Muji Handoyo harus menjalani hari-hari yang terasa begitu berat. Tanpa adanya keadilan dan tanggung jawab penuh darah pihak perusahaan ekspedisi PT KM.
Nyawa sang anak hilang dan kondisi istri yang harus menjalani keterbatasan hidup tanpa kedua kaki tak dibayar sepadan. Sebab, bantuan yang datang kepada dirinya hanya dari Jasa Raharja sekitar Rp 100 juta.
Sementara pihak perusahaan ekspedisi PT KM hanya memberikan bantuan biaya ambulans dan pemakaman saja. Tidak ada tanggung jawab penuh untuk meringankan beban kemalangan yang dihadapi oleh Muji dan keluarga.
Perusahaan ekspedisi PT KM hanya bisa berwacana dan berencana untuk melakukan mediasi kekeluargaan. Nyatanya hingga saat ini semua itu hanya menjadi sebuah cerita belaka.
Kesabaran yang dimiliki Muji dan keluarga selama 7 bulan menunggu janji palsu mungkin sudah habis. Dengan tekad yang bulat Muji Handoyo akhirnya bergerak untuk mencari dan menuntut sebuah keadilan atas kelalaian berkendara yang dilakukan oleh seorang supir perusahaan expedisi PT KM.
“Sekarang sangat hancur bahkan untuk beraktivitas saja susah. Aku belum bisa kerja selama 6 bulan ini karena harus mengurus istri dan setiap minggunya juga masih harus kontrol ke rumah sakit dan pemulihan, gak ada yang bantuin,” ungkap Muji Handoyo dalam sebuah wawancara dengan awak media.
Kejadian ini jelas membuat Muji Handoyo harus kehilangan beberapa mata pencaharian, lantaran berjuang mengurus sang istri dengan kondisi penuh kesedihan dan duka yang mendalam.
“Istri sebelumnya juga bantuin ibu jualan nasi dan bantuin usaha sampingan saya jualan online. Tapi saat ini full saya cover sendiri semuanya. Sampai saat ini saya juga belum bisa masuk kerja karena istri belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri,” jelas Muji.
Sambil meneteskan air mata, Muji mengaku dirinya sangat terpukul atas kejadian ini. Terlebih tidak adanya pertanggung jawaban dari pihak perusahaan ekspedisi PT KM yang sudah menghilangkan kedua kaki istrinya, serta nyawa anak satu-satunya.
“Semua merasa trauma apalagi anak pertama baru satu, kejadian ini benar-benar membuat mental hancur dan untuk bangkit itu susah,” ungkapnya.
“Aku harus dirumah ngurus segala kebutuhan istri dan harus kehilangan masa depan anak yang aku banggakan, jadi benar-benar sulit yang tadinya pilih nikah muda karena ingin melihat anak cepet besar dan lulus sekolah saat aku juga masih muda, masih kuat untuk bekerja tetapi sekarang sudah hilang semuanya. Masa depan istri juga hilang dan sekarang susah beraktivitas seperti biasanya,” ujar Muji dalam kesedihannya.