Qnews.co.id, JAKARTA – Kualitas udara di Jakarta masuk kategori sedang berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 07.11 WIB pada Rabu (11/9) pagi.
Dari data itu, Jakarta menduduki posisi ke-22 sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Pagi ini, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 81 atau masuk dalam kategori sedang. Ditandai dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 25 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi tersebut setara 5 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Adapun PM 2,5 merupakan partikel udara yang berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).
Untuk kategori sedang, ditandai dengan kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan, tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
Adapun kategori baik, yakni tingkat kualitas udara tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
Sedangkan kategori tidak sehat, yakni kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 100 lebih.
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Berdasarkan data, kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Sao Paulo (Brazil) di angka 160, urutan kedua Dubai (Uni Emirat Arab/UEA) di angka 157, urutan ketiga Kinshasa (Kongo) di angka 153, urutan keempat Addis Ababa (Etiopia) di angka 147 dan urutan kelima Kairo (Mesir) di angka 124.
Khusus di Jakarta, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono telah menerbitkan Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 593 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara sebagai kebijakan untuk mempercepat penanganan polusi udara.
Ruang lingkup satgas pengendalian pencemaran udara, diantaranya menyusun standar operasional prosedur (SOP) penanganan pencemaran udara di Provinsi DKI Jakarta, mengendalikan polusi udara dari kegiatan industri, dan memantau secara berkala kondisi kualitas udara, hingga dampak kesehatan dari polusi udara.
Lalu, melaksanakan pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak, termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
Satgas juga bertugas untuk menerapkan wajib uji emisi kendaraan bermotor, melakukan peremajaan angkutan umum dan pengembangan transportasi ramah lingkungan untuk transportasi umum dan pemerintah
Selanjutnya bertugas meningkatkan ruang terbuka, bangunan hijau, dan menggiatkan gerakan penanaman pohon, meningkatkan peran serta masyarakat dalam perbaikan kualitas udara, melaksanakan pengawasan ketaatan perizinan yang berdampak terhadap pencemaran udara dan penindakan terhadap pelanggaran pencemaran udara.
Pemprov DKI Jakarta juga akan terus mengevaluasi dan mengkaji berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan agar tepat sasaran dan mampu secara efektif mengatasi permasalahan pencemaran udara.