Sepanjang 3 Kuartal, Penambangan Emas di Tiongkok Alami Penurunan

ada tiga kuartal pertama tahun 2024, produksi emas yang ditambang di Tiongkok mengalami penurunan 1,17 persen menjadi 268,07 ton. Foto: Quotient Fund Indonesia

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Regen Lee menjelaskan data terbaru tentang pertambangan emas di Tiongkok.

Pada tiga kuartal pertama tahun 2024, produksi emas yang ditambang di Tiongkok, kata Regen, mengalami penurunan sebesar 1,17 persen menjadi 268,07 ton. Selain itu, konsumsi emas turun 11,18 persen menjadi 741,73 ton, menurut Asosiasi Emas Tiongkok.

Bacaan Lainnya

Meskipun produsen memanfaatkan harga emas yang tinggi dan meningkatkan efisiensi, ternyata output tidak meningkat sesuai harapan.

“Itu karena kekurangan sumber daya di tambang yang lebih tua dan belum adanya kapasitas dari tambang baru,” kata Regen kepada Qnews.co.id di Jakarta, Selasa (29/10).

Hanya saja, prospek jangka panjang industri emas masih tetap positif dengan pertumbuhan yang diharapkan dari kapasitas tambang baru.

Selain itu, perusahaan besar di Tiongkok telah menghasilkan 51,90 ton emas dari operasi luar negeri. “Angkanya meningkat 20,5 persen,” bebernya.

Sementara itu, kepemilikan dalam ETF emas mencapai 91,39 ton, naik 48,7 persen dibandingkan akhir tahun 2023.

Sementara itu, perak juga mengalami kenaikan harga yang bersejarah selama dua tahun terakhir, ketika diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 12 tahunnya.

“Logam abu-abu itu telah mengungguli emas karena permintaan yang tinggi dan meningkatnya popularitasnya sebagai penyimpan nilai,” jelas Regen.

Dua ETF yakni iShares Silver Trust dan iShares Gold Trust, telah melacak harga spot perak dan emas. Pada saat publikasi, SLV mengalami lonjakan harga sebesar 39,69% secara tahun ke tahun, sementara IAU mengalami reli sebesar 31,84%.

“Sentimen pasar tetap bullish, namun kekhawatiran tetap ada tentang keberlanjutan kenaikan harga saat ini, terutama dalam kasus perak,” jelasnya.

Seorang ahli strategi ekonomi makro baru-baru ini menunjukkan bahwa kenaikan perak baru saja dimulai, dengan emas saat ini diperdagangkan 44% di atas puncaknya pada tahun 2011, sedangkan perak 29% di bawah harga puncaknya.

Berikutnya harga minyak, ternyata mengalami penurunan signifikan lebih dari 6% pasca-serangan terbatas Israel terhadap Iran, meskipun ada pengaruh menenangkan dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

“Tren di pasar minyak sejauh ini tetap negatif, ditandai dengan rekor tujuh penyelesaian yang lebih rendah dalam sepuluh hari perdagangan terakhir,” ujarnya.

Sementara itu, permintaan global untuk minyak telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan Agustus 2024. Hal itu telah mendorong analis untuk merevisi estimasi pertumbuhan mereka untuk tahun 2024 ke atas.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan consulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

Pos terkait

Tinggalkan Balasan