Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Regen Lee mengungkapkan The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat telah memotong suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5%12.
“Ini adalah pemotongan pertama sejak Maret 2020, saat awal pandemi COVID-19,” ujar Regen kepada Qnews.co.id, Kamis (19/9).
Keputusan ini diambil untuk mencegah perlambatan di pasar tenaga kerja dan akibat inflasi AS yang dianggap sudah bergerak dalam kisaran yang diharapkan.
Pemotongan ini, kata Regen, lebih besar dari ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya 25 bps. Setelah pengumuman ini, pasar saham mengalami volatilitas dengan Dow Jones Industrial Average sempat melonjak sebanyak 375 poin.
Begitu pun yang terjadi dengan komoditas emas, dimana harganya telah menyentuh level tinggi baru di angka 2600 dollar. “Walaupun setelah itu ditutup merah,” katanya.
Ketua The Fed, Jerome Powell menyatakan langkah itu menunjukkan komitmen kuat untuk mencapai stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran yang signifikan.
“Proyeksi inflasi juga diturunkan menjadi 2,3% dari 2,6% sebelumnya,” ujar Regen.
Sementara itu, permintaan perak di Tiongkok terus meningkat, terutama didorong oleh industri panel surya dan teknologi, yang menyebabkan harga perak di Tiongkok sekitar 10% lebih tinggi dibandingkan pasar Barat.
“Hal itu menimbulkan kekhawatiran tentang potensi ‘tekanan pasokan perak’ karena produksi global mungkin tidak dapat mengimbangi permintaan yang meningkat, yang menyebabkan kenaikan harga perak, terutama dalam industri yang sangat bergantung pada logam tersebut,” paparnya.
Secara teknis, perak (XAG/USD) saat ini berada di bawah tekanan bearish dengan harga diperdagangkan di sekitar $27,93.
Indikator teknis menunjukkan resistensi kuat di sekitar $28,65 dan $28,90, dengan level dukungan utama di $27,54, $27,24, dan $26,92.
“Meskipun ada tekanan ke bawah, penembusan di atas $28,09 dapat menandakan potensi pembalikan bullish,” katanya.
Secara keseluruhan, meskipun perak berada di bawah tekanan bearish, permintaan yang kuat dari Tiongkok memberikan harapan untuk pemulihan harga.
“Fokus pasar akan tetap pada apakah perak dapat menembus tingkat resistensi kritis, yang dapat mengubah sentimen pasar,” terang Regen.
Komoditas lainnya, minyak (USO). Permintaan bahan bakar yang lesu di Tiongkok telah menyebabkan margin penyulingan merosot, mengakibatkan kebangkrutan dua kilang minyak yang dioperasikan oleh Sinochem di provinsi Shandong.
Kilang ketiga yang dioperasikan oleh Sinochem juga menghadapi masalah serupa dan akan bertemu dengan kreditor akhir bulan ini.
“Ketiga kilang tersebut memiliki kapasitas gabungan untuk memproses 300.000 barel minyak mentah per hari,” papar Regen.
Di saat bersamaan, penurunan permintaan bahan bakar jalan raya di Tiongkok tahun ini telah menyebabkan banyak kilang minyak terlilit utang dan mengurangi produksi.
Margin penyulingan di seluruh Asia juga turun ke level terendah sejak tahun 2020, yang dapat menyebabkan lebih banyak pembatasan produksi.
Pada bulan Agustus, penyulingan minyak Tiongkok memproses sekitar 12,6 juta barel per hari, turun signifikan dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu.
“Persediaan minyak mentah di Tiongkok bertambah dengan kecepatan sekitar 3,2 juta barel per hari pada bulan Agustus, penambahan terbesar sejak tahun 2015,” tandasnya.