Qnews, JAKARTA – Trader Quotient Fund Devin Emilian Loly memprediksi harga emas akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat ini. Hal itu dipicu popularitas emas sebagai lindung nilai risiko sangat tinggi, meski di tengah pergerakan ekonomi global yang tak menentu.
Loly menganalisis harga emas akan mencapai $2.700 per ons atau kisaran Rp 41 juta dengan nilai tukar rupiah Rp 15.389 per dolar pada awal tahun 2025. Hal itu didorong oleh ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve akan menarik kembali modal dari Barat ke pasar emas.
“Goldman Sachs memprediksi harga emas akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat, ini karena popularitasnya sebagai lindung nilai risiko,” kata Loly dalam keterangannya kepada Qnews, Jumat (6/9).
Selain itu, faktor tambahan yang mendorong kenaikan harga Gold Trust (GLD) karena ketidakpastian ekonomi, volatilitas pasar ekuitas hingga ketidakpastian geopolitik yang mendorong investor untuk beralih ke emas.
Ia menjelaskan, pasar global saat ini menunjukkan volatilitas tinggi di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih agresif oleh The Fed.
“Ekspektasi ini diperkuat oleh data pengangguran terbaru yang menunjukkan peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan jumlah pembukaan pekerjaan, yang mengindikasikan pelemahan di pasar tenaga kerja.
Data ini meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga untuk merangsang ekonomi, yang memicu perubahan signifikan pada aset-aset komoditas seperti emas, perak dan minyak,” ujarnya.
“Sehingga pergerakan harga ETF SPDR Gold Trust (GLD) saat ini menunjukkan tren upward seiring meningkatnya permintaan untuk emas sebagai aset lindung nilai. Harga GLD sedang bergerak dalam fase konsolidasi, dengan potensi untuk mendobrak garis resistance di 233.45, menuju all time high,” sambungnya.
Sementara itu, lanjut Loly, pergerakan harga ETF iShares Silver Trust (SLV), saat ini berada dalam pola konsolidasi sideways dengan pergerakan harga yang stabil dalam rentang tanpa tren naik atau turun.
“Level resistance berada di sekitar $27.20, di mana harga beberapa kali kesulitan menembus level ini. Sementara itu, support utama berada di sekitar $24.39, yang bertahan selama penurunan,” ujarnya.
Menurut dia, kenaikan SLV disebabkan beberapa faktor, pertama didorong oleh permintaan industri yang kuat denga ekspektasi suku bunga lebih rendah. Kemudian didukung daya tarik perak sebagai alternatif investasi.
Meski demikian, pergerakan SLV lebih volatil dibandingkan emas, dengan volatilitas 0.38 untuk SLV dan 0.11 untuk GLD, dan tetap sensitif terhadap perubahan sentimen pasar serta data ekonomi yang tidak stabil.
Sedangkan pergerakan harga United States Oil Fund (USO) saat ini menunjukkan tren penurunan yang signifikan, dengan harga menembus level support penting di $71.74. Penurunan ini mengindukasikan adanya tekanan jual yang kuat dan membuka potensi penurunan lebih lanjut.
Ia membeberkan faktor yang menyebabkan harga USO menurun karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan global. Kemudian dipengaruhi juga oleh ketegangan geopolitik.
“Paningkatan stok minyak Amerika Serikat (AS) dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang lemah. Permintaan yang melemah akibat perlambatan ekonomi global merupakan salah satu faktor utama yang menekan harga minyak lebih rendah,” terangnya.
Menurut Loly, berdasakan Goldman Sachs juga memproyeksikan tren pelemahan pada minyak, gas dan logam industri, seperti tembaga beserta aluminium, didorong oleh ekspektasi penurunan permintaan global akibat tekanan ekonomi yang terus memburuk.
Loly mengungkapkan, secara keseluruhan, pasar komoditas dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan The Fed yang cenderung melonggarkan suku bunga.
“Emas berpotensi naik sebagai lindung nilai, perak bergerak dalam konsolidasi dengan volatilitas tinggi, dan minyak mengalami tekanan jual signifikan. Kondisi ini mencerminkan kompleksitas pasar dengan pergerakan harga yang dipengaruhi oleh kebijakan dan data ekonomi yang terus berubah, menghadirkan tantangan dan peluang bagi investor,” jelas Loly.
Sekedar informasi, Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Untuk mendapat informasi lebih lanjut untuk konsultasi keuangan dapat menghubungi melalui hotline 0811-1094-489.