Gejolak Ekonomi Global: Tantangan Baru bagi Emas, Perak, dan Minyak

Harga emas (GLD) sedang dalam tren menurun setelah mengalami lonjakan tertinggi sepanjang tahun. Foto: Quotients Fund Indonesia

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian menjelaskan harga emas (GLD) sedang dalam tren menurun setelah mengalami lonjakan tertinggi sepanjang tahun.

“Saat ini, harga emas turun sekitar 6% dari puncaknya pada akhir Oktober 2024,” kata Devin kepada Qnews.co.id, JAKARTA, Rabu (13/11).

Bacaan Lainnya

Penurunan tersebut disebabkan oleh penguatan dolar AS dan optimisme pasar terhadap kebijakan pertumbuhan ekonomi pasca-kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS.

Selain itu, terjadi pergeseran minat investor dari emas ke aset berisiko seperti Bitcoin, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven.

“Emas berpotensi berbalik arah jika inflasi AS meningkat, tetapi dalam jangka pendek, harganya masih tertekan,” terangnya.

Sementara itu, harga perak (SLV) menunjukkan tren serupa dengan emas. Ia berada dalam tekanan akibat peningkatan minat investor pada aset berisiko lain, seperti mata uang kripto dan saham.

“Faktor lain yang memperberat adalah dolar yang kuat, yang membuat perak lebih mahal di luar AS,” jelasnya.

Investor saat ini, kata Devin, sedang mengamati data inflasi dan perkembangan kebijakan moneter AS untuk memprediksi pergerakan selanjutnya.

Terakhir minyak (USO). Saat ini, harga minyak menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Setelah mengalami penurunan tajam beberapa waktu lalu, minyak mengalami sedikit pemulihan.

OPEC baru-baru ini memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2024 dan 2025 yang mengindikasikan permintaan yang masih lemah.

“Langkah OPEC ini juga bertujuan menjaga harga Brent tetap berada di level lantai sekitar USD70, meskipun permintaan lemah,” paparnya.

Sementara itu, permintaan minyak dari China tetap melambat meskipun negara itu mengeluarkan paket stimulus sebesar 10 triliun yuan (USD1.4 triliun). Sejumlah analis menilai paket tersebut kurang efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Penguatan dolar AS dan potensi tarif baru terhadap China dari pemerintahan Trump yang baru juga menekan permintaan minyak,” jelas Devin.

Kebijakan luar negeri yang diperkirakan akan semakin ketat terhadap China, Iran, dan Kuba di bawah kepemimpinan Senator Marco Rubio sebagai Menteri Luar Negeri AS juga akan mempengaruhi permintaan minyak secara global. 


Secara keseluruhan, tren harga emas, perak, dan minyak menunjukkan tekanan ke bawah (downward) dalam jangka pendek karena penguatan dolar dan ketidakpastian ekonomi global.

Untuk itu, investor disarankan memantau faktor-faktor seperti kebijakan suku bunga AS, kebijakan perdagangan internasional, dan kondisi geopolitik yang akan memberikan momentum baru bagi harga-harga komoditas ini di pasar global.

*Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489
For more information or participation inquiries, feel free to contact our hotline: 0818-0454-4489 (Surabaya),
0811-1534-489 (Jakarta),
0817-4890-999 (Tangerang),
or visit the nearest Quotient Center. Spaces are limited.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan