Qnews.co.id, JAKARTA – Analisis Quotient Fund, Regen Lee menilai rencana pemangkasan suku bunga pinjam Bank Centeral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed berdampak baik terhadap harga minyak (USO).
“Kenaikan harga minyak baru-baru ini disebabkan oleh ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS,” kata Regen kepada Qnews.co.id, Selasa (17/9).
Dia menyebut pada awal pekan kemarin harga minyak mentah Brent berjangka untuk November naik 0,32 persen menjadi US$ 71,84 per barel. Harga minyak mentah AS berjangka untuk Oktober naik 0,47 persen ke US$ 68 per barel.
Namun, kenaikan tersebut dibatasi oleh dimulainya kembali pasokan AS setelah badai francine dan data ekonomi yang lebih lemah dari Tiongkok. “Kontrak berjangka Brent untuk bulan November naik sebesar 0,2 persen, sementara kontrak berjangka minyak mentah AS untuk bulan Oktober naik sebesar 0,3 persen,” ujarnya.
Dia mengatakan, para investor tengah mengamati pergerakan pasar sambil menunggu keputusan Federal Reserve AS apakah akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) daripada 25 bps.
“Saat ini pasar akan mengamati dengan cermat seberapa agresif pemotongan suku bunga oleh The Fed setelah pertemuan yang diselenggarakan hari ini 17 hingga 18 September 2024,” ungkapnya.
Meski harga mjnyak mengalami tren yang cukup baik, namun ada beberapa aktor yang membatasi kenaikan harga minyak. Hal tersebut lantsra dimulainya kembali pasokan AS setelah badai francine dan data ekonomi yang lebih lemah dari Tiongkok.
“Kekhawatiran tentang gangguan pasokan mereda karena produksi minyak mentah di Teluk Meksiko dilanjutkan setelah badai, dan data menunjukkan peningkatan mingguan dalam jumlah rig di AS,” tuturnya.
Dia menilai pengembalian kebijakan The Fed, dengan kemungkinan dampaknya pada suku bunga dan dolar, telah direncanakan secara luas, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, serta ketegangan yang terus berlanjut antara AS dan Tiongkok, juga telah terlihat sejak lama.
“Fundamental, geopolitik, suku bunga, dan USD serta pembelian bank sentral yang berkelanjutan semuanya mendukung kenaikan lebih lanjut. Societe Generale kini memperkirakan harga emas spot rata-rata $2.700 per ons pada Q4 2024, sebelum naik menjadi $2.725 pada kuartal pertama 2025, dan $2.750 per ons pada Q2. Untuk sepanjang tahun 2025, mereka memperkirakan harga emas spot akan mencapai $2.800 per ons,” ungkapnya.
Perak (SLV)
Harga emas terus mencapai rekor tertinggi baru, baru-baru ini melampaui $2.600 per ons. Perak juga mengalami kenaikan signifikan, melonjak 10% minggu lalu dan melampaui $31 per ons.
Namun, Capital Economics memperkirakan bahwa harga perak tidak akan naik sekuat emas dalam beberapa tahun mendatang. Mereka memprediksi harga emas akan mencapai $2.750 per ons pada akhir tahun 2025, sementara perak diperkirakan akan berkinerja lebih rendah.
Alasan yang dikutip termasuk permintaan industri yang lebih lemah untuk perak, terutama dari industri solar di Tiongkok, serta ekspektasi bahwa emas akan terus berkinerja lebih baik daripada perak karena faktor-faktor seperti normalisasi imbal hasil dan pembelian oleh bank sentral.
Meskipun permintaan ritel untuk perak diperkirakan akan tetap kuat, Capital Economics percaya bahwa rasio emas/perak kemungkinan akan naik menuju 100, karena kenaikan harga emas melampaui perak.
Menurut survei tahunan, permintaan industri untuk perak diperkirakan akan meningkat menjadi 710,90 juta ons, naik 9% dari tahun lalu.
Pada saat yang sama, permintaan didorong oleh sektor tenaga surya, karena penggunaan perak dalam panel surya fotovoltaik (PV) diperkirakan akan meningkat sebesar 20 persen menjadi 232 juta ons.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan consulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489