Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS Dorong Kenaikan Emas

Saat imbal hasil obligasi turun, emas menjadi pilihan aset lindung nilai yang lebih menarik bagi investor karena tidak memberikan bunga. Foto: Quotient Fund Indonesia

Qnews.co.id, JAKARTA – Analis Quotient Fund Indonesia Devin Emilian mengungkapkan harga emas (GLD) terus mengalami kenaikan, didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi di AS.

“Saat imbal hasil obligasi turun, emas menjadi pilihan aset lindung nilai yang lebih menarik bagi investor karena tidak memberikan bunga,” kata Devin kepada Qnews.co.id di Jakarta, Rabu (16/10).

Bacaan Lainnya

Exchange-Traded Fund (ETF) GLD yang melacak harga emas, ujar Devin, kemungkinan akan mengikuti tren ini dan tetap stabil hingga cenderung naik. Selama imbal hasil obligasi rendah dan ketidakpastian geopolitik tinggi.

Selain itu, ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, turut mendukung kenaikan harga emas sebagai respons terhadap risiko geopolitik.

“Namun ada potensi koreksi pada GLD jika ketegangan geopolitik mereda atau jika data ekonomi AS menunjukkan perbaikan yang signifikan,” paparnya.

Itu karena investor mungkin akan beralih kembali ke aset yang lebih berisiko.

Sementara itu harga perak (SLV) masih menarik sebagai aset yang undervalued. ETF SLV, yang melacak pergerakan harga perak, memiliki potensi untuk naik jika perak berhasil menembus level resistance kunci.

“Permintaan industri, terutama dari sektor energi terbarukan dan teknologi, terus memberikan dukungan jangka panjang bagi harga perak dan SLV,” bebernya.

Selain itu, perak juga berperan penting sebagai mineral kritis dalam aplikasi militer dan teknologi, seperti sistem komunikasi dan perangkat elektronik pertahanan.

Namun, volatilitas tetap menjadi tantangan karena faktor ekonomi global dan kebijakan moneter bank sentral utama.

“Investor yang berinvestasi di SLV perlu waspada terhadap perubahan ini,” tegasnya.

Adapun minyak (USO) mengalami penurunan tajam lebih dari 4% baru-baru ini, setelah ada laporan Israel tidak berencana menyerang fasilitas minyak Iran.

“Hal itu mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan besar di Timur Tengah,” ujarnya.

Namun penting untuk dicatat bahwa keputusan itu diambil setelah eskalasi sebelumnya, termasuk serangan rudal oleh Iran yang sempat membuat harga minyak melonjak.

“Penurunan ini tercermin dalam ETF USO, yang melacak harga minyak mentah,” papar Devin.

Meskipun demikian, ketidakpastian geopolitik tetap ada, yang berarti volatilitas pada USO bisa tetap tinggi.

Dari sisi permintaan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global, utamanya seiring lemahnya permintaan dari China.

Selain itu, IEA memperkirakan produksi minyak di AS akan meningkat sebesar 1,5 juta barel per hari, yang berkontribusi pada prospek surplus pasokan pada awal tahun depan.

“Revisi turun dari OPEC untuk ketiga kalinya berturut-turut ini menunjukkan tren yang signifikan, sehingga harga USO mungkin akan tetap di bawah tekanan,” tandasnya.

Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489

Pos terkait

Tinggalkan Balasan