Qnews.co.id, JAKARTA – Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mendorong pemerintah untuk segera menerapkan peningkatan kualitas bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan dengan standar Euro 4.
Hal itu untuk mengantisipasi makin meningkatnya sumber pencemaran udara terutama di Jabodetabek didominasi oleh kendaraan bermotor. Ia meminta pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret dalam mengatasi pencemaran udara tersebut.
“Kita jangan membiarkan masyarakat korban pencemaran udara itu menunggu sampai mengalami risiko yang paling berat dalam waktu dekat ini. Apa yang sudah dikoordinasikan oleh Kemenko Marves harus segera dilaksanakan yaitu penerapan BBM Euro 4 jangan ditunda lagi,” kata Ahmad.
Ia mengugkap sejak November 2023 hingga awal Agustus 2024, pemerintah di bawah kepemimpinan Kemenko Marves sangat efektif menjalin koordinasi antarsektor untuk merancang agar per 17 Agustus 2024 Jabodetabek akan dipasok dengan bahan bakar Euro 4.
“Jadi pertalite yang hanya berstandar Euro 1 itu akan diupgrade menjadi BBM yang memenuhi syarat untuk kendaraan berstandar Euro 4. Namun satu dan lain hal semacam terjadi perbedaan pendapat, apa yang sudah dikoordinasikan dan dipimpin dengan baik oleh Kemenko Marves sepertinya batal,” ujarnya.
Data KPBB tahun 2019 menyebut beban emisi PM10 di Jabodetabek mencapai 14,88 juta ton/per tahun. Sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar yakni 47 persen. Sementara beban emisi PM2.5 mencapai 10,71 juta ton/tahun. Lagi-lagi penyumbang terbesarnya adalah sektor transportasi sebesar 57 persen. Angka di atas diprediksi terus meningkat setiap tahunnya.
Ahmad menekankan bahwa pasokan BBM Euro adalah prasyarat pengendalian emisi kendaraan pencemaran udara yang masih menjadi ancaman bagi banyak kota seperti Jakarta dan sekitarnya. Dampaknya menyasar kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, menyedot biaya medis, pemicu morbiditas, dan mengancam bonus demografi.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Dr. Budi Haryanto menekankan pentingnya memperbaiki kualitas bahan bakar untuk menjaga kesehatan masyarakat.
“Pada 2015 kita mencoba untuk mensimulasikan bagaimana kalau Euro 4 itu diterapkan tahun 2017, apa yang terjadi di tahun 2020? Ternyata terdapat penurunan NOx (nitrogen oksida) sampai lebih dari separuh. Kalau Euro 4 itu diterapkan pada 2020, ternyata juga lebih dari separuh di tahun 2050 NOx-nya turun,” paparnya.
Dia juga menyebut bahwa setiap peningkatan 10 mikro gram per meter kubik PM2.5, berkaitan dengan peningkatan hampir 6 persen pneumonia.
“Kalau SO2 (Sulfur Oksida) meningkat 10 mikro gram per meter kubik, ternyata berhubungan dengan peningkatan sekitar 7 persen pneumonia, demikian juga dengan PM10,” jelasnya.
Budi mengimbau agar jangan sampai polusi udara dibiarkan meningkat terus-menerus tanpa ada upaya radikal.
“Kalau kualitas bahan bakarnya sudah ditingkatkan jadi Euro 4, polusi udara itu tertangani 45 -55 persen. Itu sebenarnya upaya yang radikal kalau kita bisa lakukan dan itu sangat berdampak kepada kesehatan kita semua dan biaya pengobatan,” pungkasnya.